Ya. Itu memang bukan hal yang bisa dibanggakan. Degradasi sudah membayang. Tak ada lagi yang bisa dilakukan selain mempertahankan harga diri, tak jadi bulan-bulanan atau bahkan lumbung gol tim lain.
Lalu fans-fans palsu itu mulai berulah. Menerormu, meneror pemainmu. Habis manis sepah dibuang.
Ketika dua hari lalu kau memutuskan untuk resign, menyerahkan jabatanmu kepada klub, pilu rasanya melihatmu berlinang air mata saat diwawancarai wartawan.Â
Pengorbananmu selama ini, cintamu kepada klub masa kecilmu, dibayar dengan tudingan dan fitnah. Bahkan ketika kau sudah mundur pun, diedarkan pula cerita bahwa kau dipecat. Padahal jelas, kau RESIGN bukan FIRED (seperti diucapkan Donald Trump dalam acara The Apprentice).
Sudahlah Chris, abaikan saja mereka yang tak tahu berterimakasih. Pengunduran dirimu kuterima. Kau berhak bahagia bersama dengan klub lain. Aku percaya, akan ada  klub lain yang membutuhkan tenaga, pikiran, dan juga dedikasimu.
Aku tak khawatir soal itu. Aku hanya kasihan melihat anak-anakmu setelah kau pergi. Lihat saja, mereka dibantai Leicester 5-0 sehari setelah kau meninggalkan mereka.Â
Bukan salahmu, Chris, bukan tanggungjawabmu lagi. Pengabdianmu sudah cukup, sudah berakhir. Waktunya mengukir prestasi di tempat lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI