Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermis: Pencuri Janin

24 Februari 2021   14:25 Diperbarui: 24 Februari 2021   14:29 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: diolah dari www.indusladies.com

Meski Kuwu Sarno sudah dibawa polisi dan dihukum, sekarang juga orangnya sudah meninggal, setelah kejadian itu banyak kejadian aneh. Banyak perempuan hamil yang kehilangan janinnya. Ceritanya, Nini Jimah mencuri janin-janin itu agar bisa 'hidup' kembali, dan punya kekuatan untuk membalas dendam. Entah benar atau tidak, yang jelas, menurut cerita itu, Kuwu Sarno meninggal dengan cara yang aneh di dalam penjara, perut buncitnya sobek dan isinya terburai keluar. Padahal di dalam sel itu tak ada benda tajam yang bisa digunakan untuk melakukannya.

"Kalau benar Nini Jimah bangkit lagi, tujuannya buat apa? Kan katanya Kuwu Sarno sudah mati juga?" tanya Sadut pada teman-temannya yang berkumpul di pos ronda RT 02.

"Ya mana kutahu lah, itu kan cerita orang. Kalau mau tanya saja langsung sama Nini Jimahnya, kan makamnya nggak jauh dari sini!" jawab Oding.

Sadut bergidik. Teringat peristiwa seram yang dialaminya sendiri saat melintas di dekat makam Nini Jimah beberapa tahun yang lalu. Ia pulang kemalaman dari hajatan di Ciguriang, dan di pohon besar yang tumbuh di dekat makam Nini Jimah, ia melihat penampakan sosok wanita tua yang berjalan tak menapak tanah sambil seolah menggendong sesuatu, seperti orang menimang bayi. Itu bukan cerita karangannya sendiri. Sudah banyak orang yang mengaku pernah melihatnya juga.

"Kumaha ini teh, mau keliling nggak?" tanya Duriat yang sudah menguap berkali-kali, meski pasokan kopi dan camilan tak kurang di pos ronda itu.

"Nggak usah lah, hujan, jalannya licin..." kata Sadut. "Lagian kan di rumah orang hamil itu juga banyak orang, keluarganya pada ngumpul! Sudah lah, maen gapleh saja, jam tiga nanti bubar!"

Semua setuju dengan usul Sadut. Mereka mulai menggelar arena bermain gaple. Ada dua lingkaran, karena yang ronda ada sembilan orang. Duriat tak ikut, memilih tiduran, dan beneran ketiduran tak lama kemudian.

Sedang asyik-asyiknya main, dari kejauhan, sepertinya dari pos ronda RT 03, terdengar bunyi kentongan yang bertalu-talu. Semua orang langsung kaget. "Dari RT 03! Ayo ke sana!" teriak Darsan sambil melemparkan kartunya dan meraih senter. Yang lain segera mengikutinya. Duriat tertinggal sendiri karena molor, dan terlupakan kawan-kawannya.

Bukan hanya peronda yang berduyun-duyun keluar dan menuju ke arah datangnya suara kentongan, warga yang tak ronda pun berhamburan ke luar rumah, bergabung dengan rombongan lain dengan membawa benda-benda seadanya, terutama senter dan senjata tajam.

"Ada cahaya melesat dari dekat rumahnya Yayah ke arah sungai, orang di sini sedang mengejarnya!" kata Sakum, orang yang memukul kentongan di pos ronda RT 03. Mungkin ia memang kebagian tugas itu, sehingga tak ikut mengejar.

Mendengar hal itu, rombongan warga yang baru datang dan juga peronda dari pos yang lain segera menuju ke arah yang ditunjukkan Sakum. Jalan setapak licin dan menurun itu mendadak ramai, ada yang setengah berlari, ada yang berjalan pelan-pelan, dan ada yang bernasib sial, terpeleset dan jatuh ke tanah kotor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun