Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (76) Mengunjungi Tahanan

11 Februari 2021   21:13 Diperbarui: 12 Februari 2021   21:29 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (75) Penyelidikan Kasus Sepatu

*****

Menarik juga info dari si Petros itu, bahwa Sergei Kustov, manajer pabrik itu diduga terlibat pencurian sepatu, atau lebih tepatnya mungkin penggelapan. Ia yang mencurinya, membawanya ke luar, menjualnya ke luar sana, dan anak-anak itu yang dituduh mencurinya.

Soso merasa harus menyelidikinya lebih lanjut. Ia bertekad untuk menemui teman-temannya yang ditahan di kantor polisi. Ia tahu, anak-anak itu pasti masih berada di sana. Pencurian kecil seperti itu seringkali tak pernah berakhir di pengadilan. Ada yang menebus --seperti yang ia lakukan pada bapaknya dulu---ya dikeluarkan. Tak ada, ya paling sampai polisi di sana bosan lalu mengeluarkannya karena makan biaya.

Hanya kasus-kasus kelas berat saja yang biasanya sampai diadili, perampokan yang menyebabkan kerugian sangat besar, perampokan yang berujung kematian, atau kasus pembunuhan. Apalagi, kalau yang menjadi korban adalah para pembesar atau orang Rusia --juga Jerman---dan pelakunya pribumi atau pendatang Armenia, Azerbaijan, Turki, Tatar, atau Yahudi.

Makanya, kasus kriminal jalanan tak pernah habis. Karena memang tak pernah benar-benar dihabisi. Polisi pangkat atas --yang kebanyakan orang Rusia-- sibuk berpolitik atau mencari bisnis tambahan, sementara polisi pangkat rendahan, orang-orang pribumi, seringkali tak punya gigi, atau mungkin terlalu malas mengurusi pencuri kelas teri yang tak lain sesamanya sendiri, atau bahkan keluarganya.

Konon, Tiflis adalah kota paling tinggi tingkat kriminalitasnya di seluruh wilayah kaukasus, terutama kriminalitas jalanannya. Tapi anehnya, Soso tak merasa seperti itu. Rasanya aman-aman saja. Atau mungkin karena dia bukan jenis orang yang dijadikan target para pencoleng apalagi penyamun. Apa pula yang mau dicuri darinya, uang beberapa kopeck, paling banyak dua-tiga rubel kalau keluar.

Korban-korban para kinto --bandit jalanan---umumnya bukan pribumi, tapi para pedagang, atau orang-orang kaya, terutama orang Rusia atau Jerman. Banyak kisah geng-geng kriminal di Tiflis. Misalnya, Soso pernah mendengar nama Komplotan si Buntung, perampok yang dipimpin seorang lelaki bertangan buntung, Roman Patasinidze. Komplotan itu tak segan membunuh korbannya. Tapi ya itu, bukan pribumi incarannya. Mereka spesialis mengincar rombongan pedagang yang membawa barang berharga atau uang dalam jumlah yang besar.

Tapi kelompok itu sudah lama tak terdengar lagi. Terutama sejak tentara Tsar dan Cossack sering diperbantukan untuk pengawalan rombongan yang membawa barang berharga. Ada juga yang menyebutkan karena Si Buntung sudah meninggal, dan kelompoknya bubar.

Kalau kelompok kinto kere, ya bangsanya si Ararat itu. Anak-anak gelandangan yang tak punya tempat tinggal, tak punya pekerjaan, dan mencuri hanya untuk makan atau sedikit bersenang-senang jika ada lebihnya. Model kinto seperti itulah yang paling sering bolak-balik ke kantor polisi, sehari-dua hari ditahan, dilepaskan, dan berulah lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun