Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gibraltar: Liga Mini di Negara Mini

4 Februari 2021   11:44 Diperbarui: 4 Februari 2021   12:15 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibraltar dilihat dari udara, Victoria Stadium terlihat di dekat landasan bandara (Foto: routesonline.com)

Musim 2020-21 ini, jika berjalan lancar, akan menjadi musim pertama Liga Nasional Gibraltar yang sesungguhnya. Itupun di awal sudah ditinggal lagi satu klub. Boca Gibraltar kehabisan 'nafas' dan mengundurkan diri, jadilah hanya sebelas klub yang bermain. Sementara ini, St. Joseph's yang memimpin klasemen dengan perolehan 22 poin dari 8 laga. College 1975 ada di dasar klasemen, memainkan 7 pertandingan tanpa menang atau seri sekalipun.

Seperti disinggung tadi, semua tim ini bermarkas dan bermain di Victoria Stadium. Jadi bisa dikatakan tak ada yang namanya home-away. Semuanya home, hehe... hanya kostum saja yang menyesuikan. Penontonnya juga tak banyak. Kapasitas lima ribu orang itu tak pernah terisi penuh. Mau bagaimana lagi, jumlah penduduk Gibraltar saat ini tak lebih dari 35.000 orang, yang belum tentu semuanya penggemar sepakbola. Belum lagi harus dibagi 11 klub, hehe....

Tapi bagusnya, jadi tak ada hooligan-hooliganan di sana. Dukung tim suka-suka, berbaur dengan pendukung tim lawan, dan saling mendukung ketika salah satu klub berlaga di kancah Eropa. Akur dan guyub.

Sedikitnya jumlah penonton ini menyebabkan klub-klub di sana mengalami banyak kesulitan, terutama dalam hal keuangan. Akibatnya, banyak klub yang gulung tikar, meskipun memiliki sejarah yang panjang. Untuk menyiasatinya, banyak klub yang melakukan merger dengan klub lain agar bisa bertahan.

Soal pemain juga jadi masalah, karena penduduk negara itu juga sedikit, banyak pemain yang bukan pemain professional. Sebagian besar nyambi dengan pekerjaan lain, termasuk para pelatih dan staf mereka. Meski begitu, banyak pemain 'asing' yang beredar di sana. Nyaris setiap klub punya lebih dari setengah jumlah pemain asing, dan mayoritas datang dari negara tetangga mereka, Spanyol. Tapi ya itu, bukan kelas pemain La Liga atau Segunda, paling kelas kecamatan di Spanyol, yang harganya pasti tak terlalu tinggi.

Meski demikian, semangat Gibraltar Football Association untuk menggulirkan liga patut diacungi jempol. Ancamannya bukan saja soal banyaknya klub yang gulung tikar, tapi datang dari cabang olahraga lain. Cricket dan Rugby adalah dua olahraga yang mulai mencuri panggung olahraga massal di sana.

Jadi, kalau Anda pemain sepakbola yang bercita-cita main di Eropa, tak ada salahnya menjajal main di Liga Gibraltar, siapa tahu bernasib baik bisa melawan klub-klub raksasa Eropa lainnya di Liga Champions, hehe.... Jangan salah, banyak lho pemain Asia Tenggara yang mengadu nasib di sana, salah satunya adalah Kike Gomez yang berkewarganegaraan Filipina.

Tertarik?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun