Pernah dengar nama klub Lincoln Red Imps atau Europa FC? Kalau belum ya wajar saja, dua klub sepakbola itu memang tidak terlalu ngetop. Tapi bukan berarti juga miskin prestasi. Keduanya juga bukan tim yang baru dibentuk layaknya tim-tim sepakbola di Liga India. Lincoln Red Imps dibentuk tahun 1976, sementara Europa FC lebih tua lagi, tahun 1925.
Dua klub itu, adalah dua dari 11 klub yang berlaga di Gibraltar National League musim 2020-2021 ini, bersama dengan Bruno's Magpies, College 1975, Europa Point, Glacis United, Lions Gibraltar, Lynx, Manchester 62, Mons Calpe, dan St Joseph's.
Uniknya, semua klub itu bermarkas di stadion yang sama, yaitu Victoria Stadium. Kenapa? Karena di negara itu memang hanya ada satu stadion sepakbola. Itupun hanya bisa menampung 5 ribu penonton saja.
Jangan heran, karena Gibraltar hanyalah sebuah negara mini. Luasnya hanya 6,8 km persegi. Jika dibandingkan dengan luas desa-desa di Indonesia, jelas masih lebih kecil, apalagi kalau desanya di Kalimantan atau Papua sana. Lihat foto di atas, itulah seluruh wilayah Gibraltar.
Sudah luasnya hanya segitu, separuhnya diisi oleh bukit batu yang tak bisa ditempati. Tapi dari bukit batu itulah nama Gibraltar diperoleh. Bukit itu bernama Jabal Tariq, yang diabadikan dari Tariq Bin Ziyad, komandan pasukan Muslim saat menaklukkan Spanyol abad ke-8.
Gibraltar memang sudah lama dikenal seolah wilayah dari Spanyol, karena letaknya yang memang berbatasan dengan wilayah Andalusia. Meski demikian, sudah sejak abad ke-18 dikuasai oleh Kerajaan Inggris. Oleh karena itu, hingga saat ini, Gibraltar masih 'setengah merdeka' karena secara konstitusional masih dipimpin oleh Ratu Inggris.
Balik lagi ke soal sepakbolanya, sejarah panjang Sepakbola Gibraltar tak lepas dari peran Inggris. Negeri mungil itu sudah punya liga sepakbola sejak tahun 1893. Tahun 2013, UEFA resmi mencatatkan Gibraltar sebagai anggota ke-54. Dengan demikian, Timnas Gibraltar berhak ikut kualifikasi EURO Cup, tapi ya itu, belum bisa bersaing dengan negara-negara sepakbola lainnya. Masih sebatas penggembira.
Selain itu, klub-klub Gibraltar juga mendapatkan jatah untuk bermain di Liga Champions dan Liga Eropa, tentu saja harus melalui babak penyisihan paling awal. Dua klub yang disebut di awal tadi, Lincoln Red Imps dan Europa adalah dua tim yang pernah berlaga di kancah Eropa. Sama, belum bergerak juga.
Satu-satunya 'prestasi' terbesar diraih Lincoln tahun 2016, ketika berhadapan dengan klub dari Skotlandia, Celtic FC pada putaran kedua kualifikasi Liga Champions. Di kandang, mereka berhasil menumbangkan Celtic yang baru saja ditangani oleh Brendan Rodgers 1-0. Sayangnya, saat melawat ke Glasgow, mereka dicukur 3-0. Perjalanannya pun usai.
Liga domestik mereka sendiri baru saja mengalami perubahan format. Sebelum tahun 2019, masih ada dua kasta, sehingga diberlakukan sistem degradasi. Tapi seiring dengan peserta yang makin berkurang, mulai tahun 2019, digulirkan Gibraltar National League yang akan diikuti oleh 16 klub. Tak ada kasta kedua, sehingga tak ada pula degradasi. Sebagai selingan, diselenggarakan The Rock Cup, yang pesertanya ya, itu-itu juga sebetulnya.
Sayangnya, menjelang bergulirnya musim pertama Liga Nasional itu, empat klub mengundurkan diri. Jadi hanya 12 klub yang berlaga. Itupun tak usai, karena pandemic covid yang melanda. Europa yang memimpin setengah musim tidak dianggap sebagai juara, tapi diberi hak bermain di Liga Champions, yang sayangnya, harus langsung berhadapan dengan Red Star Belgrade yang mencukur mereka dengan skor 5-0.
Musim 2020-21 ini, jika berjalan lancar, akan menjadi musim pertama Liga Nasional Gibraltar yang sesungguhnya. Itupun di awal sudah ditinggal lagi satu klub. Boca Gibraltar kehabisan 'nafas' dan mengundurkan diri, jadilah hanya sebelas klub yang bermain. Sementara ini, St. Joseph's yang memimpin klasemen dengan perolehan 22 poin dari 8 laga. College 1975 ada di dasar klasemen, memainkan 7 pertandingan tanpa menang atau seri sekalipun.
Seperti disinggung tadi, semua tim ini bermarkas dan bermain di Victoria Stadium. Jadi bisa dikatakan tak ada yang namanya home-away. Semuanya home, hehe... hanya kostum saja yang menyesuikan. Penontonnya juga tak banyak. Kapasitas lima ribu orang itu tak pernah terisi penuh. Mau bagaimana lagi, jumlah penduduk Gibraltar saat ini tak lebih dari 35.000 orang, yang belum tentu semuanya penggemar sepakbola. Belum lagi harus dibagi 11 klub, hehe....
Tapi bagusnya, jadi tak ada hooligan-hooliganan di sana. Dukung tim suka-suka, berbaur dengan pendukung tim lawan, dan saling mendukung ketika salah satu klub berlaga di kancah Eropa. Akur dan guyub.
Sedikitnya jumlah penonton ini menyebabkan klub-klub di sana mengalami banyak kesulitan, terutama dalam hal keuangan. Akibatnya, banyak klub yang gulung tikar, meskipun memiliki sejarah yang panjang. Untuk menyiasatinya, banyak klub yang melakukan merger dengan klub lain agar bisa bertahan.
Soal pemain juga jadi masalah, karena penduduk negara itu juga sedikit, banyak pemain yang bukan pemain professional. Sebagian besar nyambi dengan pekerjaan lain, termasuk para pelatih dan staf mereka. Meski begitu, banyak pemain 'asing' yang beredar di sana. Nyaris setiap klub punya lebih dari setengah jumlah pemain asing, dan mayoritas datang dari negara tetangga mereka, Spanyol. Tapi ya itu, bukan kelas pemain La Liga atau Segunda, paling kelas kecamatan di Spanyol, yang harganya pasti tak terlalu tinggi.
Meski demikian, semangat Gibraltar Football Association untuk menggulirkan liga patut diacungi jempol. Ancamannya bukan saja soal banyaknya klub yang gulung tikar, tapi datang dari cabang olahraga lain. Cricket dan Rugby adalah dua olahraga yang mulai mencuri panggung olahraga massal di sana.
Jadi, kalau Anda pemain sepakbola yang bercita-cita main di Eropa, tak ada salahnya menjajal main di Liga Gibraltar, siapa tahu bernasib baik bisa melawan klub-klub raksasa Eropa lainnya di Liga Champions, hehe.... Jangan salah, banyak lho pemain Asia Tenggara yang mengadu nasib di sana, salah satunya adalah Kike Gomez yang berkewarganegaraan Filipina.
Tertarik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H