Soso tersenyum sendiri saat mengingat hal itu. Barangkali ia memang tak punya bakat jadi penggembala, seperti si Mahmoud yang dikenalnya di Batumi. Anak itu bisa menggembala puluhan ekor domba, sementara dia, dua ekorpun tak terurus.
Dalam ingatannya yang jauh lebih samar, saat bapaknya masih di rumah, Pak Beso datang membawakan seekor kelinci gemuk dengan bulu putih-keabu-abuan. Masih hidup meski tampak terluka. Kalau tak salah, kelinci itu dibeli Pak Beso dari pemburu yang menangkapnya, mungkin ditangkap oleh anjing, bukan ditembak atau dipanah.
Tapi Soso merasa kasihan melihatnya. Kelinci itu malah dilepaskannya. Pak Beso marah-marah. Sehari kemudian, tetangganya menemukan potongan kepala kelinci di belakang rumahnya. Kelinci malang itu benar yang dilepaskan oleh Soso. Dan habis dimangsa anjing kampung.
"Kau lihat! Biar bagaimanapun, kelinci itu tetap akan mati. Kalau tidak kau lepaskan, setidaknya itu jadi makan malam kita, bukan makan malam anjing liar!" katanya.
Soso menyesali kebodohannya itu. Kalau saja dulu tak dilepaskannya, setidaknya ia pernah merasakan daging kelinci. Sampai sekarang, tak pernah lagi ia punya kesempatan.
"Sengaja kubeli itu biar kamu tahu rasanya. Sapi atau kambing terlalu mahal, setidaknya aku masih bisa membelikanmu daging kelinci, biar badanmu itu ada dagingnya juga!" kata Pak Beso.
Mengingat itu membuat Soso teringat pada Pak Beso. Ia tak tahu apakah bapaknya itu benar-benar pergi ke Rustavi lalu bekerja di pabrik baja seperti yang disarankannya atau tidak. Kalau tidak, dimanakah sekarang ia berada, Rustavi, Tiflis, Gori, atau tempat lainnya. Apakah ia bekerja atau kembali menjadi pemabuk gelandangan.
"Nantilah kucari ke Rustavi sebelum sekolah mulai..." pikir Soso. Ia malu dengan begitu banyaknya orang yang berbaik hati kepadanya selama petualangan ke Batumi, Poti, hingga saat ini ia sedang menuju Gori.
Orang-orang itu berbuat baik kepada orang-orang lain yang tak dikenalnya, bahkan yang berbeda keyakinan sekalipun. Sementara ia? Bapaknya sendiri saja --lepas apakah Pak Beso itu bapak kandungnya atau bukan---malah ia abaikan. Sengaco-ngaconya Pak Beso di kemudian hari, lelaki itu pernah --dan mungkin masih---menyayanginya, dan menganggapnya sebagai anaknya.
*****
Soso tertidur dalam kereta itu. Saat terbangun, menurut orang yang duduk di sebelahnya, kereta sudah lama meninggalkan stasiun Khashuri. Berarti sudah dekat dengan Gori. Berbeda dengan tempat-tempat sebelumnya --sebelum Soso tertidur---makin mendekati Gori tak terlalu banyak lagi salju yang terlihat. Kalaupun ada, tipis saja. Jangan-jangan di Gori, seperti biasanya, salju tak terlalu lebat.