Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan 90s: (10) Kamu Salah Jalan? Kami Salah Pulau!

28 Januari 2021   09:54 Diperbarui: 28 Januari 2021   10:10 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang sore kapal baru merapat ke sebuah pulau kecil. Penumpang lain langsung bubar. Saya dan John celingak-celinguk. Kok tidak ada tanda-tanda kawan-kawan yang lain? Biasanya kalau lagi ada acara, biar serius sekalipun, pasti ada aja yang berkeliaran. Kami pun mengelilingi pulau itu, tak juga ada tanda-tanda, entah itu orang yang dikenal maupun spanduk atau apa lah. Dua kali keliling, tak ada.

Kami pun bertanya pada warga yang berkumpul di depan sebuah rumah panggung. Tapi tak ada seorang pun yang tahu soal kegiatan mahasiswa. "Setahu saya, ada mahasiswa di sini itu dua bulan yang lalu, anak-anak yang KKN, dari Unhas juga..." kata seorang warga. Bingung lah kami.

"Memangnya dimana rapatnya?" tanya yang lain. "Di pulau Pak, Baranglompo..." jawab kami. "Baranglompo?" meledaklah tawa orang-orang yang berkumpul itu. Sementara kami makin kecut. Ada apakah gerangan?

Setelah tawanya reda, seseorang menjelaskan. "Dek, ini bukan Pulau Baranglompo. Ini Pulau Balanglompo! Kalau Baranglompo itu di Makassar, ini di Pangkep!" (Kabupaten Pangkajene Kepulauan, kabupaten di sebelah utara Kota Makassar setelah Kabupaten Maros yang bagian daratannya di Pulau Sulawesi hanya sedikit, sisanya pulau-pulau kecil di Selat Makassar sampai ke dekat perairan Masalembu di Laut Jawa yang berbatasan dengan Kabupaten Sumenep Madura sana!).

Lemes lah sudah kami. Sudah hari makin sore, salah pulau dan salah kabupaten pula! Hanya karena perbedaan sebuah huruf 'R' dan 'L' tapi jauuuuh.... Baranglompo dan Balanglompo!

 "Kalau mau ke Baranglompo, harusnya naik kapalnya dari Kayubangkoa, bukan dari Paotere!" kata warga yang lain. Nah itu, saya juga sudah rada ragu sejak diberi tahu Bang Ali. Di Makassar memang ada satu dermaga kecil lagi, namanya Kayubangkoa, letaknya tak jauh dari Benteng Rotterdam. Saya pernah naik kapal kecil dari situ waktu main ke Pulau Kayangan!

"Jadi bagaimana kalau kami mau ke sana sekarang?" tanya John setelah sadar kami nyasar pulau. "Ya besok pagi, naik kapal ke Paotere, terus ke Kayubangkoa, baru naik kapal ke sana!" jawab warga. Menginap dulu? Jelas nggak bisa lah, acara di sana pasti sudah mulai. Kalau datang besok, acaranya sudah selesai, jangan-jangan malah sudah bubar!

"Tak ada yang langsung?" tanya John. Warga menggeleng semua. "Kecuali kalau kalian mau sewa kapal. Tapi itu juga susah, belum tentu ada yang berani. Kalau sudah sore begini ke sana itu melawan ombak, ombaknya sudah mulai besar pula!"

Seorang warga kemudian menghubungi pemilik kapal, kapal kecil yang tadi kami tumpangi dari Paotere. Dia bersedia mengantar kami langsung ke Baranglompo, tapi minta ongkos 150 ribu. "Sudah murah itu dek, cuma buat bensin saja. Apalagi kita PP tanpa penumpang lain..."

John melirik saya. Dia tak punya duit segitu. Sialnya, atau malah untungnya? Saya mengantongi duit 250 ribu, honor liputan dari majalah HAI edisi liburan yang baru saya cairkan. Apa boleh baut, saya pun menyetujuinya. Tak ada pilihan.

Setelah pamit pada warga yang sebagian masih menertawakan 'nasib' kami, saya dan John naik lagi ke kapal yang tadi. Kosong. Hanya berempat. Saya, John, dan dua kru. Ombak Selat Makassar sudah tinggi. Celakanya, kami menuju ke arah selatan alias melawan ombak. Tadinya kami duduk di dalam, tapi karena jendelanya tak berkaca, air laut masuk dari segala arah, kami tetap basah kuyup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun