Dalam sepak bola, terutama berkaitan dengan Liga Italia, ketika menyebut nama I Nerazzurri atau 'Si Hitam Biru' pastilah ingatan akan tertuju pada Internazionale Milan alias Inter Milan. Memang begitulah faktanya jika merujuk pada kostum (jersey) yang dipakai Inter yang selalu tampil dengan corak khasnya, strip vertikal hitam-biru (nero dan azzurri).
Tapi sebetulnya, julukan Nerazzurri juga melekat pada tim lain sesama Italia, yaitu Atalanta Bergamasca Calcio atau Atalanta saja. Atalanta juga menyandang julukan itu, dengan alasan kostum yang dipakainya juga memiliki corak yang sama, hitam-biru.
Mana yang lebih 'berhak' menyandang julukan itu? Soal ingatan orang, Nerazzurri ya Inter yang lebih melekat.
Sesuai namanya, Internazionale, Inter juga lebih dikenal secara global ketimbang Atalanta. Bukan apa-apa, tolak ukurnya pastilah soal prestasi. Di pentas Serie A saja, Inter sangat superior dengan catatan 18 kali juara.
Sementara Atalanta belum sekalipun merasakan nikmatnya mengangkat trofi domestik tertinggi itu. Pencapaian tertinggi Atalanta di pentas lokal hanya sekali juara Coppa Italia. Itupun masih jauh dengan catatan Inter yang sudah 7 kali menjuarainya.
Itu kalau soal prestasi. Tapi kalau soal umur, Atalanta sedikit lebih tua dibanding Inter. Atalanta lahir 17 Oktober 1907, sementara Inter 9 Maret 1908, alias lebih tua lima bulan.
Masalahnya, meski Atalanta lebih dulu lahir, soal warna hitam-biru itu, Inter lebih dulu menggunakannya, bahkan sejak awal kelahirannya kombinasi warna itu sudah dipakainya.
Sementara Atalanta, hingga tahun 1920-an, mereka masih menggunakan warna hitam-putih ala Juventus. Jadi kalau bicara 'hak' untuk menggunakan warna hitam-biru, ya Inter tidak dipungkiri jauh lebih 'berhak.'
Hal itu memang tak pernah menjadi persoalan legal atau hingga menjadi persoalan hukum. Tapi ketika identitas menjadi brand image dan brand image menjadi ladang duit, dalam kacamata bisnis itu tidak menguntungkan. 'Brand' Nerazzurri meski 'netral' karena hanya urusan warna, sudah kadung 'dimiliki' dan 'dimenangkan' oleh Inter.
Karena itu, sudah saatnya bagi Atalanta untuk melupakan julukan yang mengacu pada warna bajunya. Atalanta masih punya beberapa julukan lain yang bisa diangkat, entah itu La Dea (dewi) maupun Gli Orobici (merujuk pada Alpi Orobie, pegunungan di Bergamo, kandang Atalanta).
Jika merujuk pada nama dan logo, julukan La Dea lebih pas. Atalanta sendiri diambil dari nama seorang dewi dalam mitologi Yunani.