Dan upaya untuk mengganggu kesuksesan acaranya Demokrat sudah dimulai dari sekarang. Bahkan sebelum acara Biden-Harris ditayangkan. Jelas bukan oleh Trump. Dia sudah dilupakan. Mungkin juga nanti akan dicoret dari Republik kalau terus mengganggu dan merugikan.
Kemarin (12/01/21), Republik memunculkan bintang lain yang dimilikinya --meski selama ini masih sebagai figuran di masa Trump. Namanya Mike Pompeo. Di reality show-nya Trump, ia berperan sebagai Direktur CIA lalu perannya ditingkatkan menjadi Menteri Luar Negeri.
Pompeo yang mantan perwira AD itu membuat pernyataan yang berani; "Iran secara aktif mendukung Al-Qaeda dan telah menjadikan negaranya sebagai pangkalan kelompok itu dengan menyediakan para operator dengan dokumen perjalanan dan dukungan logistik (nbcnews.com, 13/01/21)."
Apa hubungannya dengan Trump dan Republik? Trump selama ini secara terang-terangan menjadikan Iran sebagai musuh 'Amerika.' Tiongkok juga, tapi masih terkesan ragu-ragu karena banyak pertimbangan. Korea Utara sudah berhasil 'ditundukkan.' Sementara Al Qaeda sudah resmi menjadi musuh sejak peristiwa 9/11.
Tuduhan itu langsung dianggap sebagai warmongering (pernyataan atau tuduhan yang bisa menyulut perang) oleh sebagian kalangan, terutama ya oleh Iran sendiri, seperti yang dikatakan Menlu Iran, Javad Zarif. Tapi apakah itu benar-benar sebuah 'pernyataan perang' resmi AS? Bahwa Mike Pompeo masih menjabat sebagai Menlu, ya, itu pernyataan yang bisa dianggap resmi. Tapi soal perangnya? Itu urusannya Biden-Harris nanti.
Yang jelas, pernyataan itu bisa dilihat sebagai PR 'titipan' dari Republik untuk Biden-Harris. Bayangkan saja kalau Iran meresponsnya secara serius. Pekerjaan Biden-Harris langsung bertambah. Padahal, selama ini, keduanya menggembar-gemborkan fokus pada penanganan pandemi corona dan ekonomi AS yang hancur lebur. Amerika, jangankan Great Again, di percaturan politik dunia pun, semasa Trump, nyaris kehilangan giginya.
Bagi Republik, Trump bolehlah dianggap gagal total dan memalukan. Tapi bukan berarti mereka akan mengakui kekalahannya begitu saja. Reality Show Demokrat dengan bintang Biden-Harris boleh tayang, tapi harus dibuat tak menarik dan jangan sampai dibuat sekuelnya.
Bagaimana dengan nasib Trump sendiri? Tunggu saja endingnya beberapa hari ke depan. Bisa jadi makin lucu. Republik pun tampaknya tak mau ambil pusing lagi.
Jadi kalau Republik saja tak terlalu pusing, jangan terlalu serius juga dengan analisis saya ini. Ini bukan analisis politik. Ini analisis ala stand up comedy; lucu dilanjutkan, nggak lucu ya buru-buru turun panggung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H