Yang namanya menunggangi --misalnya menunggangi kuda atau menunggangi demo mahasiswa---kan tidak sama dengan menaiki. Menunggangi berarti mengambil alih kuasa. Kuda yang ditunggangi kita kuasai, demo yang ditunggangi bisa dikendalikan biar sesuai tujuan si penunggang.
Beda dengan menaiki, seperti naik delman istimewa; bukan kita yang punya kuasa, tapi kusirnya. Kita cuma duduk di sampingnya. Kalau delmannya nyusruk ya ikutan nyusruk juga. Â
Badai corona ini, sudah saatnya kita tunggangi. Nggak bisa lagi cuma bisa berharap, nggak bisa lagi cuma berjuang menjadi penyintas. Caranya? Itu yang saya nggak tau. Andai saja saya tahu, mungkin Pak De Jokowi mengangkat saya jadi Menkes, bukannya Pak Budi itu.
Lagian sebetulnya tulisan ini mau bahas lagu yang enak buat didengerin saat menunggu pergantian tahun. Cuma saya memang tukang ngelantur, jadi suka nggak fokus sama bahasan. Tapi Setidaknya saya sudah menyarankan dua lagu tadi, Badai Pasti Berlalu --baik versi Berliana maupun versi Chrisye---dan tentu saja Riders on the Storm.Â
Badai yang mereka ceritakan juga tentu bukan badai corona, tapi boleh kan disambung-sambungin. Toh, lirik-liriknya Jim Morrison (dan jura Eros Djarot) itu memang sering kelewat puitis, jadi sebagai pendengar, ya bebas saja memaknainya.
Saking bebasnya, lagu-lagu patah hatinya Didi Kempot pun masih bisa dicendoli, eh, dijogedi kok. Bahkan kalau Riders on the Storm itu juga mau dikoploin kayak Final Countdown juga silakan.
Tapi kalau Jim Morrison nggak terima --kayak Jerinx SID yang nggak terima Sunset di Tanah Anarki-nya dibuat dangdutan---terus Jim Morisson gentayangan mendatangi mimpi Anda, risiko tanggung sendiri ya, saya sih nitip tandatangannya aja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H