Tidak penting juga memberi garis pembeda untuk kedua jenis ini, karena tidak akan ada alat ukur yang pas untuk membedakannya. Kita hanya bisa menilai secara subyektif atau merasakannya. Si A bisa menulis apa saja dengan enak, ya bisa lah kita sebut dia banyak tahu. Sementara si B, tulisannya itu-itu saja, tapi panjang kali lebar kali dalam, berarti dia jenis yang tahu banyak bidang itu. Yang bisa dilakukan paling soal niat, apakah kita akan menjadi jurnalis atau penulis yang banyak tahu, atau yang tahu banyak. Mungkin juga bisa berusaha menyeimbangkannya, antara banyak tahu dan tahu banyak.
Soal pembaca, penulis tahu banyak biasanya banyak pembacanya, tapi jarang yang setia, Â semacam swing voter kalau dalam politik, begitu ada yang lebih asyik, ditinggal. Tapi soal penggemar atau pengikut setia, si tahu banyak biasanya unggul, karena semakin banyak dia menulis, ulasannya akan jauh lebih mendalam.
Sekali lagi, ini bukan soal yang harus diperdebatkan panjang lebar. Anggap saja saya sedang sok tahu, sok banyak tahu dan sok tahu banyak. Kata anak muda zaman Orba; SKSD Palapa, Sok Tahu Sok Dekat, Padahal Nggak Tau Apa-Apa.
Sudah Ah.. mau lanjutin dongeng STALIN lagi...