“Kau sendiri, ngapain nonton beginian?” tanya lelaki itu.
“Aku mau melihat orang-orang itu digantung..” jawab Soso.
“Kenapa?”
“Karena tidak seharusnya mereka digantung!” jawab Soso. “Orang Rusia membenci mereka, tapi orang sini tidak. Bukan mereka yang merampok orang Rusia, tapi orang Rusia yang merampok mereka lebih dulu…”
“Kata siapa?” tanya lelaki itu sambil tetap tersenyum.
“Kata orang-orang…” jawab Soso polos, “Eh, kau orang Rusia ya?” Soso tiba-tiba menyadari sesuatu, menjelek-jelekan orang Rusia pada orang Rusia sendiri.
Lelaki itu tertawa, “Kenapa? Kan aku bukan orang Rusia yang mereka rampok atau yang merampas harta mereka…”
Soso diam.
“Terus menurutmu bagaimana?” tanya lelaki itu lagi.
“Kalaupun mereka bersalah, tidak layak mereka digantung. Kata guru-guru saya, utang nyawa tidak harus selalu dibayar nyawa, apalagi kalau cuma nyolong sapi…” jawab Soso.
“Siapa namamu?” tanya lelaki itu. Meski enggan, tapi karena lelaki itu cukup ramah, Soso menyebutkan namanya, lengkap dan juga panggilannya. “Terimakasih sudah mengobrol denganku, tapi aku harus mendekat ke sana, eksekusi tampaknya sudah mau dilakukan. Kau, Soso, sebaiknya jangan menonton, itu bukan hiburan!” katanya sambil beranjak meninggalkan Soso menuju lapangan. Soso hanya diam sambil memandangi lelaki itu. Ia tak tahu, kelak nasib akan membawanya bertemu kembali dengan lelaki itu. Ia, dan orang di seluruh dunia, nantinya akan mengenal lelaki itu sebagai Maxim ‘Si Pahit Lidah’ alias Maxim Gorky.