Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kopilot Bandung Air Show Itu Ternyata...

2 Oktober 2012   17:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:21 4684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_202249" align="alignnone" width="300" caption="Letkol Purn Pnb Toni Hartono dan Istri, Rini Novanita, sesaat sebelum kecelakaan (Dok. Icha)"][/caption] Baru kemarin Kabayan ngomongin kecelakaan pesawat di Bandung Air Show bersama Mang Sahin dan Mang Juju –gara-gara tangan Bah Suro patah ngarate dahan pohon rukem, hari ini, Kabayan mendapatkan kabar yang jauh lebih mengejutkan. Kabar mengejutkan itu datang dari Neng Icha, anaknya Kolonel Purn Suyitno yang tinggal di Bandung. Neng Icha nitip sms ke hape si Abah, isinya bener-bener bikin Kabayan tersentak, “Kang, nyuhunkeun piduana (mohon doanya) Mas Toni meninggal dalam kecelakaan pesawat di Bandung Air Show Sabtu kemarin..” Innalillahi wa inna ilahi rojiuun... Duh, bener-bener nggak nyangka. Beberapa hari terakhir Kabayan memang nggak ngikuti berita, meski soal kecelakaan di ajang Bandung Air Show itu ssempat ia dengar, pun dengan korban tewas karena kecelakaan itu. Tapi siapa yang nyangka, kalau salah satu pilot yang meninggal itu adalah Mas Toni; Letkol Purn Pnb. Toni Hartono, kakak ipar Neng Icha, suami dari Neng Rini Novanita, kakaknya Neng Icha. Kabayan mengenal keluarga Pak Suyitno saat masih ngumbara di Makassar. Letkol Pnb Suyitno saat itu –kalau nggak salah-- menjabat sebagai Komandan Pangkalan Khas Hasanuddin Makassar. Pak Yitno –begitu biasa dipanggil, punya empat anak, Neng Rini, Neng Rully, Neng Icha, dan Neng Abit. Kabayan sering mampir ke rumah pribadi keluarga itu di Mandai, Makassar, tak jauh dari Bandara dan Lanud Hasanuddin. Rumahnya besar dan asri. Selain silaturahim karena sama-sama sekampung, dari Jawa Barat, Kabayan sering numpang main kecapi, karena kebetulan keluarga itu sama-sama pecinta seni Sunda, meskipun jauh dari kampung halaman. Nah, saat di Makassar itulah Neng Rini mengenal Mas Toni, anggota TNI AU yang juga bertugas di Makassar. Mas Toni yang kelahiran Magetan Jawa Timur, 3 Agustus 1970 ini adalah perwira penerbang. Saat menikah, kalau tidak salah, pangkatnya sudah Letnan Satu Pnb. Saat Pak Yitno pensiun dan mudik ke Bandung, keluarga Mas Toni dan Neng Rini sempat berpindah-pindah tugas, antara lain ke Yogya, dan terakhir ke Bandung. Mas Toni tugas di Bandung, dan Neng Rini bekerja di UNESCO Jakarta. Semasa di Bandung, Kabayan sempat mengunjungi rumah keluarga Pak Yitno di kawasan Jalan Paledang. Beberapa kali ia bertemu dengan Mas Toni, Neng Rini, juga anak sulung mereka Faris (12) yang tinggal bersama kakek dan neneknya. Sementara anak kedua mereka Raffasya (2,5) belum pernah dilihat Kabayan. [caption id="attachment_202244" align="alignnone" width="300" caption="Mas Toni, Neng Rini, Faris sesaat sebelum kecelakaan (Dok. Icha)"]

13491968261873424596
13491968261873424596
[/caption] Kabar terakhir –beberapa bulan lalu-- yang didengar Kabayan dari Neng Icha, Mas Toni mengundurkan diri dari dinas aktif Angkatan Udara (?) dan memutuskan bergabung dengan Bandung Pilot Academy (BPA), dan menjadi pelatih terbang. Soal terbang, Mas Toni memang punya pengalaman segudang. Setahu Kabayan, dari ceritanya langsung, ia pernah menerbangkan berbagai jenis pesawat tempur, antara lain Hawk 100, Hawk 200, Hawk Mk 53, dan Skyhawk. [caption id="attachment_202245" align="alignnone" width="300" caption="Mas Toni dan si Bungsu Raffasya, sesaat sebelum kecelakaan (Dok. Icha)"]
13491969621292231363
13491969621292231363
[/caption] Tapi ya itu, takdir memang tak bisa dipungkiri. Mas Toni gugur saat menjadi kopilot pesawat AS-202 Bravo bersama pilot Marsda (Purn) Noorman T. Lubis di ajang Bandung Air Show 2012. Pesawat buatan Swiss tahun 1969 dan dibeli Indonesia tahun 1971 itu meledak dan menghantam gedung Pia Ardya Garini di Bandung. Mas Toni kemudian dimakamkan di TPU Ciharum, Margahayu, Bandung. [caption id="attachment_202246" align="alignnone" width="300" caption="Sesaat setelah pesawat jatuh (Dok. Icha)"]
13491970501102071212
13491970501102071212
[/caption] Tanpa ingin menyalahkan takdir, Kabayan teringat pada sebuah ulasan di MetroTV, tentang kecelakaan pesawat di Bandung Air Show yang kembali terulang itu. Ajang yang sama, dua tahun lalu, menewaskan pilot Aleksander Supeli. Menurut ulasan itu, Bandung Air Show memang layak dipuji karena keberaniannya mengadakan ajang kedirgantaraan, apalagi kedirgantaraan Indonesia sempat berjaya saat PT Dirgantara Indonesia (dulu PT Nurtanio) zaman Menristek BJ Habibie sempat mengundang kekaguman dunia karena kemampuannya memproduksi pesawat terbang jenis CN 235. Akan tetapi, ajang itu juga harus mempertimbangkan kondisi alam Bandung yang berada di cekungan di antara gunung-gunung yang memungkinkan adanya turbulensi yang tidak biasa. Apalagi jika pesawat yang digunakan untuk atraksi adalah pesawat-pesawat lawas yang secara teknologi sudah tertinggal. Sangat disayangkan jika ketidakhati-hatian itu justru malah mengorbankan pilot-pilot kita yang handal. Salah satunya ya Mas Toni itu. Ah, Kabayan jadi teringat saat-saat bareng Mas Toni, mendorong mobil Daihatsu Charade (apa Toyota Starlet) milik keluarganya yang harus didorong dulu sebelum dihidupkan. Kayaknya itu kenangan terakhir yang bisa diingat Kabayan bersama Mas Toni... [caption id="attachment_202247" align="alignnone" width="300" caption="Faris dan Raffasya di depan kubur Sang Ayah (Dok. Icha)"]
13491971191376733719
13491971191376733719
[/caption] Selamat jalan Letkol Purn Pnb Toni Hartono, semoga kepergianmu mengingatkan bangsa ini untuk lebih peduli pada keselamatan penerbangan, baik sipil maupun militer, supaya tak ada korban-korban lain yang harus menyusul. Buat Neng Rini, Faris, dan Rafa, juga keluarga lain yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan menghadapi musibah ini. Salam sayang dan hormat, dari Mang Kabayan... Jogja, 2 Oktober 2012 (Dengan rasa hormat, tulisan ini bukan untuk mengungkit duka keluarga, tetapi agar menjadi peringatan bagi semua pihak agar tragedi ini tidak terulang di kemudian hari. Amin, semoga)..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun