Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Saat Imam Menjitak Makmumnya

28 September 2012   12:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:32 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kenapa Yong?” tanya Kabayan pada Uyong, anak Bi Cicih yang nangis sesenggukan sambil duduk di pinggir jalan. “Dijitak Ajengan (Ustadz) Iding...” jawabnya sambil mengelap air mata dan ingusnya sekalian dengan menggunakan sarung. Alhasil, ingus dan air matanya bukannya hilang, tapi meleber ke pipinya.

“Kenapa Pa Ajengan sampe menjitak kamu?” tanya Kabayan lagi. “Karena kepala saya pitak...” jawab Uyong, masih dengan terisak. “Ah, nggak mungkin Ajengan menjitak kamu karena kepala kamu pitak!!” kata Kabayan. “Beneran Mang, Ajengan menjitak saya karena saya pitak.. buktinya dia menjitak saya pas di pitak saya...” Uyong masih ngotot.

“Aaah nggak mungkin Ajengan Iding menjitak kamu karena kamu pitak, Ajengan Iding sendiri kan kepalanya pitak, bekas digetok sendok sama ibunya dulu.... ups.. saya jadi ngomongin orang nih, gara-gara kamu!” kata Kabayan sambil melotot pada anak umur 12 tahunan itu. Sebaliknya, Uyong malah berhenti menangis, lalu tersenyum dan bertanya pada Kabayan, “Ajengan Iding beneran punya pitak ya Mang? Kalo bekas digetok sendok sama ibunya, berarti dia kayak Sangkuriang dong?” tanyanya.

“Udah, nggak usah ngomongin pitak, apalagi pitaknya Ajengan Iding. Ajengan Iding kan sudah menutupi pitaknya pake kopiah haji, jadi nggak usah diomongin lagi. Sekarang kamu jawab yang jujur, kamu dijitak karena apa?” tanya Kabayan lagi. “Iya sih Mang, saya dijitak bukan karena pitak. Saya memang nakal, tapi masak saya dijitak pas lagi solat...” kata Uyong sambil merengut.

“Apa? Kamu dijitak pas lagi solat? Wah, yang bener aja. Masak Ajengan Iding sampe segitunya?” tanya Kabayan. “Beneran Mang, sumpah. Saya dijitak Ajengan Iding waktu saya solat. Bahkan Ajeng Idingnya juga lagi solat, malah dia lagi ngimamin solat jamaah...” jawab Uyong lagi.

“Waah, kok bisa sih, Ajengan Iding lagi ngimamin solat, kamu jadi makmumnya, terus dia sempet-sempetnya menjitak kamu. Gimana ceritanya?” tanya Kabayan, penasaran.

“Gini Mang, waktu solat asar jamaah, saya persis di belakangnya Ajengan Iding, sop paling depan. Di belakang saya ada si Adul. Waktu ruku kepalanya nyundul-nyundul kepala saya terus, terus saya dorong dia ke belakang. Si Adul jatuh, terus bangun dan mendorong saya. Saya kedorong ke depan dan hampir jatuh. Saya pegangan di sarungnya Ajengan Iding. Sarungnya Ajengan Iding merosot...” jawab Uyong.

“Terus, kenapa Ajengan Iding nggak benerin sarungnya dulu, baru menjitak kamu setelah selesai solat?” Kabayan makin penasaran. “Ajengan Iding nggak pake celana, Mang. Terus ibu-ibu yang solat dibelakang pada ketawa...” jawab Uyong polos.

Kabayan manyun sambil menahan tawanya, “Masih mending kamu cuma dijitak Yong.. kalo saya yang jadi imamnya, pasti kamu sudah saya cekek!” kata Kabayan sambil ngeloyor.

Ditinggal Kabayan, Uyong melanjutkan tangisnya...

Jogja, 28 September 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun