Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Logo Baru Koperasi: Semangat atau Biaya Baru?

28 Mei 2012   15:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:40 4955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_179455" align="aligncenter" width="588" caption="Logo Baru Koperasi (Sumber: http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/?p=1257)"] [/caption]

Ada yang berbeda saat Kabayan melintas di KUD Cibangkonol hari itu. Bukan hanya gedungnya yang keliatan lebih bersih, barang-barang yang disediakan di toko koperasi jauh lebih banyak, dan yang paling menonjol adalah papan nama koperasi yang juga keliatan masih baru. Bener-bener baru, karena saat Kabayan lewat, papan itu tengah dicat oleh Pa Kasman dan Jang Tarso. Kabayan berhenti sejenak untuk memperhatikan papan baru itu.

“Koprasinya ganti nama Pa?” tanya Kabayan pada Pa Kasman. Pa Kasman melirik, “Eh kamu Yan, enggak, namanya mah tetep, cuma ganti logo saja...” jawab Pa Kasman. Kabayan memperhatikan logo baru yang disebut Pa Kasman barusan. “Hebat, jadi sekarang KUD Cibangkonol punya logo ya?” tanya Kabayan. Pa Kasman menggeleng, “Itu logo koperasi yang baru Yan, bukan logo KUD Cibangkonol...” jawabnya.

Kabayan nyureng, “Logo koprasi? Memangnya logo koprasi ganti ya? Itu teh logo pengganti logo yang ada beringin hijau, timbangan, sama padi-kapas itu?” tanya Kabayan. Kali ini Jang Tarso yang mengangguk, “Iya Mang Kabayan, gimana, logonya bagus kan?” tanyanya. Kabayan menilik-nilik, “Bagus sih, tapi kalu menurut saya mah, logonya malah jadi umum, nggak khas kayak logo yang dulu...” kata Kabayan polos, “Kalau dilihat-lihat, kok malah kayak motif keramik di mesjid ya?” kata Kabayan lagi.

Jang Tarso yang kebetulan kebagian tugas membuat logo di papan nama itu kemudian memandanginya, “Iya sih Mang, dari tadi juga saya merasanya begitu. Pilosopi pancasilanya jadi nggak berasa, ini malah segi empat warnanya cuma hijau...” kata Jang Tarso. Pa Kasman ikut-ikutan memperhatikan, “Saya juga sebetulnya males gantinya Yan, tapi sudah jadi keputusan menteri koprasi atas usulan Dekopin. Malah sudah diluncurkan di Mataram tanggal 25 Mei kemarin, dan semua koperasi diminta untuk mengganti logonya...” kata Pa Kasman.

“Memangnya logo yang sekarang artinya apa, Pa?” tanya Kabayan. “Ya  katanya sih itu gambar bunga, melambangkan perkembangan dan kemajuan koperasi di Indonesia.  Katanya, bunga mengandung makna koperasi selalu berkembang, cemerlang, berwawasan, pariatip, inopatip sekaligus produktip dalam kegiatannya, berwawasan dan berorientasi pada keunggulan dan teknologi...” jawab Pa Kasman.

“Kok kelompak bunganya cuma empat?” tanya Kabayan, “Kenapa warnanya cuma hijau?” sambungnya. “Katanya sih empat kelopak itu melambangkan wawasan, pariatip, inopatip, dan produktip tadi. Sekaligus lambang prinsip kebersamaan, kemandirian, keadilan, dan demokrasi. Kalau warna hijau katanya sih supaya terlihat berwibawa dan kalem...” jawab Pa Kasman lagi.

“Kenapa sih harus ganti-ganti logo Pa?” tanya Kabayan. Pa Kasman diam sebentar, “Ya katanya sih biar punya semangat baru, citra yang baru... kan sekarang hampir semua perusahaan rame-rame ganti logo. Pertamina sudah, PTKA sudah, Telkom, kementrian juga punya logo masing-masing...”

Kabayan mengangguk-angguk, “Bukannya kalau ganti-ganti logo itu malah makan biaya Pa. Beli cat baru, bayar orang buat bikinnya ganti stempel, ganti kop surat... “ kata Kabayan. “Bener Mang, belum lagi hadiah buat yang bikin logonya... Belum lagi biaya sosialisasi, iklan di tipi...” sambung Jang Tarso.

“Yaah begitu deh...” kata Pa Kasman, “Tapi ya sudah lah, kita ambil hikmahnya saja. Paling nggak kan banyak yang kebagian rejekinnya. Jang Tarso kan dapet honor ngecet plang baru ini, besok ada orderan bikin stempel, bikin kop surat, lumayan kan?” tanyanya sambil melirik Tarso. Tarso nyengir, “Bener juga sih Pa, gara-gara disuruh bikin logo baru, koperasi kita malah jadi sekalian dicet semua, kan keliatan lebih seger, nggak kayak kemarin-kemarin. Lagian, logo sekarang malah lebih irit cat, soalnya warnanya cuma hijau saja, nggak rame kayak yang kemarin...” kata Tarso.

“Ya, mudah-mudahan semangatnya nggak cuma semangat buat ngecet gedungnya, tapi juga semangat buat meningkatkan pelayanan buat anggota. Jangan kayak kemaren-kemaren, mau ngutang pupuk kelamaan prosesnya, jadi mendingan ngutang di warung si Sahjo. Mau jual hasil kebon, harganya beda-beda tipis sama tengkulak yang berani bayar di muka, sementara di koprasi bayarnya lama banget...” kata Kabayan.

Pa Kasman mesam-mesem.

Jogja 28 Mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun