Bertahun-tahun, saya menjauhkan diri dari kata investasi. Saya menyederhanakan impian, dengan hanya menjadi guru PNS, dan istri mengelola usaha warung makan. Tahun-tahun pertama, terasa berat.Â
Tahun-tahun berikutnya, ternyata juga lebih berat. Apalagi setelah istri saya menderita patah bahu kanan karena dijambret sepulang bekerja dari warung. Praktis tidak ada lagi pendapatan tambahan dari warung. Menjelang tidur, sering saya pandangi wajah keempat anak saya. Wajah-wajah tak berdosa. Terbayang, beberapa tahun ke depan, masa yang semakin sulit, harga barang semakin tinggi. Â Mampukah saya membahagiakan mereka?
Saya mencoba utak-atik gaji, menyusun rencana dari bulan ke bulan. Memperketat pengeluaran. Tetap saja minus. Kalau pun impas, itu karena dana yang dikeluarkan hanya untuk yang wajib. Â
Rasanya tidak  mungkin dengan mengurangi anggaran makan keluarga, mengurangi tagihan listrik, air, apalagi memutus internet yang telah menjadi bagian komunikasi dan informasi di zaman ini. Tak ada cara lain, selain menambah pemasukan keluarga.Â
Reformasi Semangat
Secara tak sengaja, saat menuntun sepeda motor yang mogok karena kehabisan bahan bakar menuju ke tempat penjualan bensin, saya membaca spanduk Sekolah Pasar Modal.Â
Pulang ke rumah, segera saya searching di internet, dan muncullah kata investasi dan saham. Kenangan investasi tahun 2008 terbetik kembali, cuma kali ini dengan pemahaman tentang investasi yang sudah jauh lebih baik.Â
Saya langsung mendaftar menjadi peserta, dan mendapatkan jadwal belajar di tanggal 22 Oktober 2016. Sejak mendaftar online, saya semakin rajin ke toko buku maupun browsing internet mencari tahu informasi tentang investasi saham. Â Saya harus mereformasi semangat untuk bangkit setelah jatuh.
Setelah mengikuti SPM Level 1 dan Level 2, serta membuka akun di Mandiri Sekuritas, saya benar-benar melihat jembatan masa depan yang membentang di hadapan saya.Â
Pemahaman yang selama ini salah terhadap kata investasi telah membuat saya terbelenggu dalam meraih kebebasan finansial. Kalaupun akhirnya juga jatuh lagi dalam investasi ini, saya yakin, itu karena kesalahan saya yang kurang menguasai wawasan tentang saham.Â
Trial and error. Setiap kesalahan akan saya jadikan pembelajaran. Dan saya meyakini, pembelajaran tentang saham ini adalah pembelajaran berproses, dan tidak mungkin instan.