Pariwisata Kalimantan Selatan, akhir-akhir ini semakin bergeliat. Obyek wisata baru mulai bermunculan, baik yang alami, maupun yang buatan. Sekarang telah ada Amanah Borneo Park, Kiram Park, Aquatika, Agrowisata Petik Durian, Bekantan Park, Danau Seran, Danau Tamiyang, maupun Matang Kaladan. Rasanya, kalau pernah berkunjung ke Kota Wisata Batu, Jawa Timur, ataupun Wisata di Bandung, akan mirip seperti itu.
Pemerintah Kota Banjarmasin, mulai menyadari bahwa obyek wisata itu penting buat me-refresh pikiran kita yang sudah mulai suntuk dengan berbagai macam aktivitas. Masyarakat butuh hiburan. Selama ini, dalam pikiran, kalau ingin mencari hiburan dan tempat rileks, pergi ke Malang, Jogjakarta, atau Bandung, yang memerlukan biaya cukup mahal. Sekarang, bahwa mencari hiburan bagi masyarakat Banjarmasin, sudah tidak mahal lagi.
Pariwisata di Kalsel semakin bergeliat, karena pengunjung tidak hanya datang dari daerah Kalimantan Selatan sendiri, tetapi juga dari Kalimantan Tengah. Benar! Masyarakat Kalimantan Tengah banyak menghabiskan akhir pekan dan waktu liburannya di Banjarmasin.
Banjarmasin, bagi mereka, cukup terwakili bila ingin mencari hiburan dan berwisata. Meski di Palangkaraya, ada Danau Tahai, Jembatan Kahayan dan wisata susur sungai, ataupun Rumah Betang, yang menjadi destinasi wisata. Tapi infrastruktur Palangkaraya mungkin masih kalah jauh dengan di Banjarmasin. Magnet Duta Mall 1 dan  2, masih menjadi pilihan bagi mereka yang ingin berwisata di dalam kota.
Di Banjarbaru, ada Aquatika, Danau Seran, Kiram Park, Amanah Borneo Park, Â Agrowisata Kebun Durian, Bekantan Park, Kebun Raya Banua, Taman Van Der Pijl. Â Di Kabupaten Banjar, ada Tahura Sultan Adam, Waterboom Pesona Modern, Â Waduk Riam Kanan yang termasuk di dalamnya Pulau Pinus dan Bukit Batas, Bukit Matang Kaladan, Danau Tamiyang, Pasar Terapung Lok Baintan, Danau Biru Pengaron. Di Kabupaten Tanah Laut, ada Pantai Takisung, Pantai Swarangan, Pantai Batakan, Pantai Jorong, Pantai Asmara, atau Bukit Rimpi.
Yang cukup disayangkan, pengelolaan terhadap destinasi wisata ini masih minim, terutama wisata alam yang dikelola masyarakat. Padahal, dana desa bisa lebih dimanfaatkan untuk pengelolaan pariwisata agar lebih menjanjikan. Bukankah, ini juga akan meningkatkan ekonomi masyarakat lokal dengan memungut tarif atau retribusi bagi pengunjung.Â
Atau, serahkan ke pihak swasta sebagai pengelola dengan system bagi hasil. Contoh, obyek wisata Matang Kaladan, perlu lebih dikembangkan lagi, karena keunggulan alamnya yang tidak dimiliki oleh provinsi lain di Kalimantan. Jadikan Desa Tiwingan Lama yang menjadi titik pertama untuk menuju Matang Kaladan sebagai desa wisata yang mengintegrasikan potensi wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, maupun aksesibilitas pariwisata.
Untuk menunjang hal tersebut, pihak pengelola dan masyarakat perlu bersinergi dan berkomitmen dalam tata cara pengelolaannya, sehingga hasilnya bisa lebih maksimal (saya akan mengulas desa wisata ini dalam tulisan khusus).
Tidak mengherankan, pengunjung tidak hanya datang dari Kalimantan Tengah lagi, tapi juga dari Kalimantan Timur, bahkan wisatawan-wisatawan dari daerah lain pun akan berdatangan ke Kalimantan Selatan.