Setiap kali pulang kampung, aku melakoni bisnis baru, jadi tukang foto amatir. Berbekal hobi memotret, aku mulai menjadikan hobi ini sebagai ladang bisnis. Aku keliling kampung menenteng tustel dan menjajakan jasa foto. Cuci cetak foto kubawa ke Muara Teweh dan hasilnya kukirimkan lewat kapal tujuan Mangkahui.
Bakat Menulis
Tanpa kusadari, ketika di Muara Teweh, aku telah kehilangan jiwa bisnis yang kumiliki sejak kecil. Di kota ini, kami belajar mandiri dengan tujuan utama belajar.
Memang aku sukses dalam belajar. Buktinya, aku selalu meraih ranking pertama kelas satu dan kelas dua. Kelas tiga, sebenarnya kuakui aku yang juara pertama, tapi karena wali kelasku pilih kasih dengan seorang rival beratku, aku ditaruh sebagai juara dua. Wali kelasku itu tinggal di rumah teman yang sekaligus menjadi rivalku meraih gelar juara, karenanya, mungkin telah termakan budi baik orang tua temanku itu, sehingga temanku yang menjadi juara pertama.
Tapi ada satu hal yang mengalami kemajuan dalam hidupku. Aku mulai mengenal dunia tulis menulis. Aku sering membaca Banjarmasin Post, Majalah Ananda, Majalah Bobo, Anita Cemerlang, Majalah Ria Film dan sebagainya.
Berbekal pengalaman membaca dan selalu membaca, aku mulai berpikir untuk membuat suatu karya yang bisa dibaca oleh banyak orang.
Karenanya, timbullah bakatku untuk menulis. Seperti kebanyakan orang, aku mulai membuat puisi sebagai kegiatan menulis pertamaku. Apa saja perasaan dalam hati, disalurkan lewat puisi. Puisi pertamaku muncul di Rubrik Dahaga Banjarmasin Post.
Aku mulai menulis cerpen. Cerpen pertamaku "Cintaku Tumbuh di Pantai Gosong" selesai ditulis, dan aku sungguh bahagia. Tetapi sayang, tak ada satupun penerbit yang menerbitkannya. Bulan demi bulan selalu kunanti pemuatannya, namun tak kunjung tiba. Aku masih berharap, bahwa cerpenku masih diseleksi redaksi.
Tetapi tidak pernah terbersit muncul rasa putus asa. Malah cerpenku semakin banyak kutelorkan. Kucoba pula menulis cerita mini yang kusesuaikan dengan isi Majalah Ananda. Alhamdulillah, cerita mini pertamaku "Gara-gara Ngintip" dimuat di Majalah Ananda terbitan Jakarta. Itupun setelah berbulan-bulan aku meneliti setiap penerbitan Ananda, kalau-kalau ada naskahku yang dimuat. Disaat aku bosan meneliti tulisanku, di saat itulah tulisanku dimuat. Sesudah itu, cerita miniku hampir setiap minggu kukirim ke Ananda. Beruntung, beberapa diantaranya dalam tempo yang tidak terlalu lama sering menghiasi Majalah Ananda.
Menginjak bangku SMA, aku pindah ke Banjarmasin. Di sini, bakat menulisku semakin lebih baik, sampai aku kuliah di Universitas Lambungmangkurat. Tulisanku tidak terbatas hanya di Majalah Ananda saja, tetapi semakin meluas. Di koran terbitan Banjarmasin saja, aku mulai rutin menulis di Banjarmasin Post, Dinamika Berita, dan Media Masyarakat.
Sedang di media massa di luar Banjarmasin, aku menulis di SKM Simponi (Jakarta), Sinar Pagi Minggu (Jakarta), Surya (Surabaya), dan Jawa Pos (Surabaya). Selain menulis puisi, aku juga menulis esai sastra, cerpen, artikel populer, dan lain-lain. Aku juga turut membidani lahirnya majalah mahasiswa "Suluh Pendidikan" FKIP Unlam.Di kalangan mahasiswa, aku dikenal sebagai penulis muda.
Dari hasil menulis, aku bisa menikmati hasilnya untuk biaya jajan, meski waktu itu koran Banjarmasin belum memberikan imbalan yang memuaskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H