Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Komunikasi Lingkungan pada Budaya Priangan "Nyacar Lembur"

13 September 2017   23:19 Diperbarui: 14 September 2017   06:09 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan komunikasi memiliki peranan penting dalam pelestarian lingkungan seiring dengan menurunnya nilai-nilai kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam. Peran komunikasi dalam lingkungan terkadang tidak disadari oleh sebagian masyarakat sehingga masyarakat tidak mendapatkan dampak yang baik terhadap lingkungannya. 

Dewasa ini, kaum muda lebih cenderung menyukai dan menyadari budaya yang modern karena dapat menawarkan banyak kemudahan. Namun, dampak negatif yang terjadi adalah kurangnya kesadaran dari kaum muda akan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan. Salah satu contoh dampak negatifnya seperti kurangnya kesadaran masyarakat khususnya kaum muda untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal yang mereka tunjukkan dengan menggunakan smartphoneyang sangat berlebihan dan intensif.

 Hal ini mengakibatkan kaum muda tidak memperdulikan pentingnya informasi-informasi mengenai pelestarian lingkungan sehingga keadaan lingkungan perkotaan semakin kurang baik terhadap kesehatan secara fisik maupun mental bagi para penghuninya.

            Dalam menyampaikan nilai-nilai kearifan lokal pada generasi muda diperlukan suatu media komunikasi yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat yaitu melalui pemberitaan. Media massa dapat menjadi sumber utama dalam menyampaikan pesan mengenai lingkungan kepada masyarakat luas. Seperti melalui film dokumenter yang ditayangkan di bioskop-bioskop, televisi dan melalui media online. 

Selain itu, berita di surat kabar, majalah dan iklan juga ikut mengambil peran dalam membagikan informasi kepada seluruh aspek masyarakat. Dengan informasi-informasi yang disampaikan melalui media, dapat mengubah cara seseorang dalam berkomunikasi mengenai lingkungannya. Seseorang akan menjadi lebih kritis mengenai suatu peristiwa yang ada di sekitarnya seperti cuaca, bencana alam, global warmingdan lain sebagainya. Dalam hal ini, maka akan memperkuat komunikasi lingkungan karena komunikasi dalam lingkungan dapat memunculkan isu-isu, solusi maupun inovasi yang nantinya dapat diketahui oleh masyaraakat luas.

            Pemberitaan di media mengenai pelestarian budaya kini menjadi daya tarik bagi para pelaku penggiat budaya dan lingkungan. Pagelaran budaya di salah satu tempat dapat dijadikan sebagai peluang untuk tujuan wisata dan alam. Pagelaran budaya yang diadakan dapat menjadi salah satu cara untuk menngingatkan kepada masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan. Salah satu contoh pagelaran budaya diadakan di wilayah kabupaten Bandung yaitu pagelaran "Nyacar Lembur". 

Pagelaran "Nyacar Lembur" merupakan suatu ekspresi kelompok masyarakat Sunda yang masih memegang teguh pada adat istiadat leluhurnya dalam melestarikan lingkungan yang disampaikan melalui media komunikasi tradisional berupa pagelaran seni teater dan seni tari yang diselenggarakan di air terjun Batu Templek Kampung Lebak Cisanggarung Desa Cikadut Kabupaten Bandung. Tradisi "Nyacar Lembur" tersebut menceritakan mengenai kepedulian masyarakat priagan akan kelestarian lingkungan yang memadukan unsur budaya dan juga seni. 

Pagelaran ini menampilan sebuah tarian yang dilakukan oleh 3 orang perempuan yang ceritanya sebagai simbol sumber air. Penari-penari tersebut menggunakan ornamentdan kostum tarian yang dilengkapi dengan kain berwarna putih yang menggambarkan sebagai kesucian air. Selanjutnya, warna hitam menggambarkan tanah dan warna merah menggambarkan udara. 

Tarian "Nyacar Lembur" ini dapat diartikan sebagai tarian "Air dan Tanah" dimana tarian ini bertujuan ingin menyampaikan dan menciptakan kepekaan atau kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan sekitar. Melalui pegelaran "Nyacar Lembur" ini juga ingin menyampaikan bahwa bencana lingkungan seperti longsor, kebakaran hutan, banjir dan lain sebagainya dapat dicegah dan dikurangi oleh masyarakat karena suatu bencana lingkungan merupakan bencana yang diakibatkan oleh perilaku individu atau kelompok. 

Mereka tidak memperdulikan akan keberlangsungan kelestarian lingkungan yang sebenarnya adalah aset dasar bagi manusia untuk hidup di dunia ini. Menurut kajian teoritis bidang komunikasi, tradisi Nyacar Lembur merupakan bagian dari ecoliterasi yang sedang dikampanyekan oleh pemerintah pusat maupun daerah. 

Ecoliterasi menurut Goleman dalam Oktapyanto (2017) adalah gerakan tentang menyadarkan kembali akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup. Dalam penyampaian pesan ekoliterasi tersebut menyangkut kepekaan atau kesadaran dalam tata kelola lingkungan hidup yang perlu dijaga, dikelola, dan dimanfaatkan dengan baik dan bukan hanya untuk sekarang tetapi untuk generasi yang akan datang. Masyarakat yang melihat langsung pagelaran Nyacar Lembur melalui media massa juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mereka terhadap budaya dan lingkungan dalam upaya menangani berbagai permasalahan lingkungan yang ada.

            Kesimpulan yang bisa disampaikan adalah Kelestarian lingkungan dan kenyamanan  seseorang untuk tinggal di lingkungannya tidak lepas dari adanya komunikasi lingkungan yang terjalin dalam meingkatkan kelestarian lingkungan serta kesadaran masyarakat mengenai lingkungan sekitarnya. Komunikasi lingkungan menjadi sarana untuk memberikan pemahaman mengenai lingkungan kepada seluruh masyarakat. 

Jadi, permasalahan lingkungan yang terjadi dapat diatasi dengan adanya komunikasi lingkungan. Selain itu, informasi berita yang disampaikan melalui media massa baik media cetak maupun media elektronik dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk melek terhadap informasi-informasi mengenai lingkungan sekitar yang disampaikan oleh pemerintah, komunitas maupun kelompok adat yang ingin tetap mengembangkan dan melestarikan potensi-potensi budaya dan lingkungan yang dimiliki.

Daftar Pustaka :

Oktapyanto, Riyan Rosal Yosma.(22/05/2017).Ecoliteracy, Literasi yangTerlupakan.Harian Umum Pikiran Rakyat.Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun