Sebelum masa ini, kalau kau mungkin ingat
Kita pernah berjalan beriringan
melewati padang yang berduri
Melewati titian seperti rambut dibelah tujuh
Melewati dosa yang menjadi amanah
Entah seperti apa ceritanya tapi yang demikian berlalu begitu indah
Waktu ke waktu terasa kian menyemangati langkah
Mendera duka menjadi anugrah yang tak terkira
Mencipta luka yang tlah terbebas,
Masa semakin terasa indah kala cinta lekat pada sekat hati
Menjelma pada sebongkah gumpalan hawa
Jelang malam, ketika senja merenggut cahaya siang engkau sirna
Disini. . . .
Terekam jejak pada sisa malam di kemudian harinya
Luka yang tirus pada sekat hati, terasa kian sakit dengan hujaman mata hujan
Engkau tak pernah ku temui lagi
Berlalu bersama luruhnya hujan di penghujung september
Terima kasih, aku begitu bahagia menikmati waktu singkat kala itu bersamamu
Aku bersyukur selalu dan tak pernah tuhan berusaha melupakanmu dari ingatanku
Dan akan bersyukur pula jika engkau masih berkenan mengingatku
Bahagia bagiku seperti jalanan pada pukul dua malam
Dan dengan kesendirian ini, aku merasa menikmati hidup yang terluka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H