Mohon tunggu...
Amalina Hidayah Jati
Amalina Hidayah Jati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Showing your self

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tumpas Perompak: Mengadopsi Pertahanan Laut Kerajaan Sriwijaya Guna Menjaga Kedaulatan Indonesia dari Ancaman Laut China Selatan

31 Mei 2024   22:57 Diperbarui: 31 Mei 2024   22:57 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Secara geografis, Indonesia terletak di Asia bagian Tenggara. Indonesia mendapat julukan sebagai negara kepulauan terluas dibanding dengan negara lain, karena posisi Indonesia yang terbentang di perairan tropis diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. 

Menurut penelitian jurnal Lembaran Sejarah yang di tulis oleh Singgih mengatakan bahwa, luas kepulauan Indonesia yaitu sekitar 1, 92 juta km2 untuk luas tanah, wilayah laut pedalaman serta laut teritorial yaitu, 12 mil dengan luas 3,1 juta km2, dan untuk Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 200 mil seluas 2,7 juta km2. Sehingga tidak menampik kemungkinan bahwa Indonesia disebut sebagai negara kepulauan terluas di dunia.

Kepulauan Indonesia mempunyai wilayah perairan strategis yang menjadi jalur utama navigasi Internasional. Karena menjadi wilayah perairan strategis, salah satunya dalam hal sumber daya alam, Indonesia seringkali dihadapkan dengan serangkaian ancaman yang dapat mempengaruhi keamanan nasional, seperti adanya ancaman ekternal konflik Laut China Selatan. Konflik tersebut masih menjadi salah satu isu keamanan internasional yang tak kunjung usai.

Dengan adanya konflik Laut China Selatan yang mengancam kedaulatan Indonesia, tanpa sadar kejadian yang sama seperti kasus ini pernah terjadi dahulu kala ketika Indonesia masih menjadi Nusantara. Sejak dulu, Nusantara terkenal dengan para pelautnya yang mampu menguasai wilayah jalur pelayaran dan jalur perdagangan. 

Dalam sejarah, sudah seharusnya dapat diketahui bahwa kerajaan Nusantara yang mengenal laut adalah kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim terkuat di Asia Tenggara pada zaman itu. Kerajaan tersebut dipimpin oleh penguasa hebat Dapunta Hyang yang mampu memimpin kerajaan Sriwijaya dalam mengarungi lautan, dengan memanfaatkan wilayah kelautannya untuk kedaulatan.

Kesuksesan Kerajaan Sriwijaya Dalam Mengarungi Lautan 

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar yang berjaya di Asia Tenggara dengan penguasa yang hebat pada abad ke-7 Masehi. Berdasarkan penelitian jurnal pendidikan sejarah yang ditulis oleh Melani Putri berpendapat, eksistensi kerajaan Sriwijaya berdasarkan pada prasasti kedudukan bukit yang menegaskan bahwa, pemerintahan Sriwijaya terletak di sekitar sungai Musi tepatnya di Palembang, Sumatra Selatan. 

Penguasa kerajaan ini adalah Dapunta Hyang, seorang pemimpin wilayah Sriwijaya yang bisa membuat pemerintahannya jaya dan sejahtera. Dapunta Hyang membangun sarana dan prasarana yang mampu menunjang kehidupan rakyatnya dalam bidang ekonomi, sosial, maupun agama.

Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat pendidikan agama Buddha dan menghegemoni perdagangan sungai dan laut, serta sampai mendapat julukan riverine and maritime trade karena kekuatan negaranya. Untuk luas wilayahnya, kerajaan ini menyebar hampir ke seluruh bagian di pulau Sumatra terutama bagian wilayah pantai timur Sumatra sampai ke Barus di bagian barat laut. Maka tak heran jika perdagangan laut dan kekuatan armada di kerajaan Sriwijaya sangat diperhitungkan oleh pihak China dan India pada saat itu.

Kerajaan Sriwijaya runtuh sekitar abad ke-12 Masehi, ketika pasukan angkatan lautnya diserang dan hancur ditangan dinasti Chola kuno, India selatan sebab memaksakan pajak tinggi kepada pedagang. Dan kini negara Indonesia nampaknya mulai kehilangan kekuatan maritimnya. Banyaknya kapal-kapal asing yang menyusup ke perairan Natuna Utara Indonesia serta dengan seenaknya mencuri ikan disana.

Adobsi Pertahanan Laut Kerajaan SriwijayaSekitar abad ketujuh sampai kedua belas Masehi kerajaan Sriwijaya pernah menjadi kerajaan nusantara terkuat dan terbesar di Asia Tenggara. Menurut para sejarawan, salah satu kunci berhasilnya sriwijaya bisa tampil menjadi sebuah negara maritim terbesar adalah sikap responsif terhadap lingkungan sekitar geostrategisnya dan kebijakan maritimnya. 

Kerajaan Sriwijaya juga memusatkan urusan yang berkaitan dengan politiknya agar berfokus pada kekuatan pelayaran dan jalur perdagangan, serta berusaha untuk menguasai berbagai wilayah yang strategis. Tujuan dari strategi ini dibentuk adalah sebagai pangkalan kekuatannya di wilayah perairan.

Di ranah perdagangan, kerajaan Sriwijaya menjadi pemegang jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yaitu penguasaan atas selat Malaka dan Selat sunda. Kerajaan Sriwijaya menetapkan kebijakan mengenai setor pajak bagi kapal-kapal pedagang yang ingin masuk ke wilayah kekuasaan Sriwijaya. 

Para tengkulak pada zaman dulu mengafal rute antar pulau-pulau dan dengan hati-hati merahasiakannya dari orang-orang eropa serta negara-negara Asia dan Timur Tengah. Tujuannya adalah agar menghindari adanya perompak laut. Sriwijaya juga mengandalkan hegemoni angkatan armada laut unuk menguasai jalur pelayaran.

Lalu bagaimana dengan keadaan maritim di Indonesia saat ini? Saat ini, salah satu konflik yang masih menjadi perhatian di kawasan dunia Internasional adalah kasus perebutan klaim wilayah Laut China Selatan (LCS). Indonesia berusaha mengadopsi strategi yang sudah diterapkan kerajaan Sriwijaya mengenai pembangunan pangkalan militer di Natuna Utara guna memberikan sikap perlawanan dari meningkatnya agresivitas perompak terhadap klaim Laut China Selatan.

 Dari sisi lain, persoalan ini sangat berkaitan dengan ASEAN, karena dari beberapa negara yang berkonflik itu hampir sebagian besar adalah anggota ASEAN. Walaupun posisi Indonesia tidak temasuk dalam klaim China akan tetapi kewaspadaan harus tetap terjaga. Dengan adanya ASEAN, Indonesia bisa memfasilitasi adanya dialog bagi negara-negara yang berkonflik untuk mencari solusi atau penguatan diplomasi dan sentralitas ASEAN. 

Dan Indonesia juga bisa meningkatkan kerjasama dengan negara-negara dalam tingkat bilateral maupun mutilateral untuk menyelesaikan konflik bersama. Seperti halnya pada masa keemasan kerajaan Sriwijaya, dibawah pemerintahan Balapuntadewa, kerajaan ini berhasil melakukan ekspansi ke berbagai daerah diluar Sumatera. Seperti melakukan kerjasama untuk membangun sebuah biara Buddha di Nalanda.  

Kerjasama kerajaan Sriwijaya dengan India yang tertulis dalam prasasti Nalanda, ditemukan di Negara Bihar, India Timur. Korelasi antara kekuatan ekonomi dan kekuatan militer perlu di tingkatkan lagi dengan jalan diplomasi. Apalagi Indonesia juga berkecimpung di ASEAN.

Dari sudut pandang Mahasiswa serta pemuda Indonesia. Sebenarnya, kehidupan adalah peristiwa yang terulang. Seperti penggalan pidato dari presiden pertama Indonesia yang mengatakan “Jangan tinggalkan sejarah”. Apalagi mengenai pertahanan maritim atau pertahan kelautan untuk kedaulatan Indonesia. 

Sejarah mengatakan jika nenek moyang nusantara dulu yang kini Indonesia adalah seorang pelaut yang gemar mengarungi luasnya samudra. Itu artinya, kedaulatan Indonesia bisa terjaga dengan mengadopsi strategi pertahanan kelautan dari kerajaan Sriwijaya yang pernah berjaya pada zamannya. 

Tujuan dari ditulisnya opini ini adalah untuk mengajak kepada khususnya para pemuda Indonesia untuk melek sejarah mengenai kedulatan Indonesia dengan berkaca pada perjuangan para pelaut nusantara dalam menumpas perompak terdahulu, seperti pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun