Mohon tunggu...
arina hayati
arina hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UMM

hobi menonton ghibli, film

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pedagang Kaki Lima Dalam Stratifikasi Sosial

24 Desember 2024   10:25 Diperbarui: 24 Desember 2024   10:29 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 
     Sebagaimana mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi dalam konteks sosiologi yang di ampu oleh Arina Hayati mengenai keberhasilan dalam stratifikasi sosial. Keberhasilan dapat diartikan sebagai keadaan di mana seseorang atau suatu program mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ini mencakup pencapaian dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, karir, dan pengembangan diri. Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk berhasil dan sukses. Namun, menggapai kesuksesan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Setiap orang memerlukan usaha dan berjuang keras untuk mewujudkannya. Keberhasilan merupakan suatu pencapaian terhadap keinginan yang telah kita niatkan untuk kita capai atau kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke gagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat. Keberhasilan erat kaitannya dengan kecermatan kita dalam menentukan tujuan sedangkan tujuan merupakan suatu sasaran yang sudah kita tentukan. keberhasilan bukanlah hasil dari kebetulan atau keberuntungan semata. Ia adalah produk dari usaha yang keras, ketekunan, dan tekad yang kuat. Orang-orang yang mampu melibatkan diri secara aktif dalam proses pencapaian tujuan mereka dengan tekad dan kerja keras adalah kemungkinan besar mereka akan mencapai keberhasilan yang diinginkan. Oleh karena itu, keberhasilannya bukan hanya sekedar destinasi, melainkan juga perjalanan yang memerlukan usaha yang konsisten dan tekad yang tahan uji.
     Pedagang kaki lima (PKL) di Indonesia merupakan sebutan untuk para pedagang yang berjualan dipinggir jalan atau trotoar dengan menggunakan gerobak atau tenda. PKL memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, tetapi juga menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait perizinan dan pengaturan operasional. Pedagang kaki lima memberikan peluang ekonomi bagi sebagian masyarakat. Banyak orang yang bekerja sebagai pedagang kaki lima dan mengandalkan pendapatan dari aktivitas ini untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Pekerjaan ini, meskipun tidak formal, menjadi sumber penghasilan bagi mereka yang mungkin kesulitan mendapatkan pekerjaan lain. Ditengah kondisi ekonomi yang sulit, pedagang kaki lima menjadi salah satu cara untuk bertahan hidup. Pedagang kaki lima bermula tumbuh dan semakin berkembang dari adanya krisis moneter yang melanda secara berkepanjangan yang menimpa Indonesia pada sekitar tahun 1998 dimana salah satunya mengakibatkan terpuruknya kegiatan ekonomi. Kebutuhan untuk tetap bertahan hidup dengan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, menuntut masyarakat dengan modal keterampilan terbatas menjadi pedagang kaki lima. Seiring perjalanan waktu para pedagang lima kaki ini tetap ada hingga sekarang, namun ironisnya para pedagang ini telah diangggap mengganggu para pengguna jalan karena para pedagan telah memakan ruas jalan dalam menggelar dagangannya. Lama usaha merupakan lamanya pedagang berkarya pada usaha perdagangan yang sedang di jalani saat ini. Lamanya suatu usaha dapat menimbulkan pengalaman berusaha, dimana pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku. Seseorang yang bekerja lebih lama akan memiliki strategi khusus ataupun cara tersendiri dalam berdagang karena memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam menekuni usahanya. Lamanya seorang pelaku usaha menekuni bidang usahanya akan memberi pengaruh terhadap kemampuan profesionalnya. Dengan bertambanya keterampilan serta kemapuan profesionalnya dalam berdagang maka semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil di jaring. Jika semakin banyak pelanggan maka semakin banyak pula penjualan sehingga pendapatan pedagang juga akan meningkat. Lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan. Dapat disimpulkan bahwa ketika semakin lama seorang pedagang menekuni dan manjalankan bidang usahanya maka hal tersebut akan meningkatkan keterampilannya dalam berdagang sehingga nama dari usahanya akan semakin terkenal dan dikenal banyak orang. Jika usahanya semakin terkenal maka semakin banyak pelanggan yang datang untuk membeli, hal ini akan berpengaruh terhadap omset penjualan sehingga dapat meningkatkan pendapatan pedagang.
    Istilah "Pedagang Kaki Lima" sudah sangat dikenal bagi masyarakat Indonesia, secara awam pedagang kaki lima adalah pedagang yang menjajakan jualannya di pinggir-pinggir jalan dalam skala kecil. Pedagang kaki lima pada umumnya self-employment, artinya mayoritas pedagang kaki lima hanya terdiri dari suatu tenaga kerja. Modal yang dimiliki tidak terlalu besar, dan terbagi atas modal tetap, berupa peralatan dan modal kerja. Dana tersebut jarang dipenuhi oleh lembaga keuangan resmi, biasanya berasal dari tabungan sendiri yang sangat sedikit. Ini berarti hanya sedikit dari mereka yang menyisihkan hasil usahnya, dikarenakan rendahnya keuntungan dan cara pengelolaan uang, sehingga kemungkinan untuk mengandakan modal atau ekspansi usaha sangat kecil. Pedagang kaki lima disebut orang yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan jasa. Kegiatan yang dilakukan cenderung berpindah-pindah dengan kemampuan modal kecil, terbatas, dan menggunakan peralatan sederhana dalam melakukan kegiatan jual beli. Pengertian pedagang kaki lima dapat dijelaskan melalui ciri-ciri umum yang dikemukakan oleh Kartono dkk yaitu : 1) Merupakan pedagang yang kadang- kadang juga sekaligus berarti produsen. 2) Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat satu ketempat yanglain (menggunakan pikulan, kereta dorong, tempat atau stan yang tidak permanentserta bongkar pasang). 3) Menjajakan bahan makanan, minuman, barang-barang konsumsi lainnya yang tahan lama secara eceran. 4) Umumnya bermodal kecil, kadang hanya merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatakan sekedarkomisi sebagai imbalan atas jerih payahnya. 5) Kualitas barang-barang yang diperdagangkan relatif rendah dan biasanya tidak bersetandart. 6) Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli merupakan pembeli yang berdaya beli rendah. 7) Usaha skala kecil bisa berupa family enterprise, dimana ibu dan anak-anak turut membantu dalam usaha tersebut, baik langsung maupun tidak langsung. 9) Tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan ciri khas pada usaha pedagang kaki lima. 10) Dalam melaksanakan pekerjaannya ada yang secara penuh, sebagian lagi melaksanakan setelah kerja atau pada waktu senggang. Dan ada pula yang melaksanakan musiman.
  Stratifikasi sosial dapat disebut sebagai lapisan antar masyarakat, keberagaman dalam masyarakat adalah sebuah fenomena sosial yang sifatnya horizontal dan vertikal. Perbedaan antar anggota masyarakat dalam ilmu sosiologi  dikenal sebagai stratifikasi sosial, stratifikasi inilah yang akhirnya mengelompokkan setiap individu dan kelompok yang memiliki perbedaan tersebut. Stratifikasi sosial berasal dari kata stratum yang artinya adalah lapisan dan sosial yang artinya adalah masyarakat.
   Stratifikasi sosial dapat diartikan juga sebagai pengelompokan masyarakat secara budaya, sosial, ekonomi maupun politik dalam lapisan yang jenjang. Dasar pembeda antara satu posisi sosial dengan posisi lainnya adalah perbedaan status sosial, kekayaan, ekonomi, pekerjaan, kekuasaan dan lainnya. Berbicara tentang sektor perdagangan, maka tidak dapat lepas dari komunitas pedagang sebagai pelakunya, salah satunya lebih dikenal dengan sebutan Pedagang Kaki Lima (PKL). Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal. Ada beberapa jenis-jenis pedagang kaki lima berdasarkan jenis dagangan yaitu : 1) Bahan makanan mentah dan setengah jadi ini termasuk sayuran, buah-buahan, daging, dan beras. 2) Makanan siap saji yang merupakan para pedagang menjual makanan dan minuman yang telah dimasak dan siap untuk dikonsumsi. 2) Non makanan yang merupakan jenis dagangan ini mencakup barang-barang seperti tekstil, obat-obatan, dan barang kebutuhan lainnya. 3) Jasa pelayanan seperti reparasi jam, pembuatan kunci, dan jasa lainnya. Jenis pedagang kaki lima berdasarkan sarana atau alat yang digunakan yaitu : 1) Hamparan di lantai yang menggunakan tikar atau kain sebagai alas untuk menjajakan barang dagangannya. 2) Pikulan atau keranjang. 3) Meja atau songko. 4) Kereta dorong berupa yang bisa beratap atau tidak. Jenis pedagang kaki lima berdasarkan sifat pelayanan yaitu : 1) Pedagang menetap (statis) yang merupakan berjualan di lokasi tetap dan tidak berpindah. 2) Pedagang semi menetap (semi statis) merupakan pedagang yang menetap pada suatu lokasi dalam waktu tertentu sebelum berpindah. 3) Pedagang keliling (mobile) merupakan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
    Di lingkungan masyarakat pedagang kaki lima di pandang remeh karena mereka berfikir bahwa pedagang kaki lima pasti tidak akan sukses dan mereka berfikir berjualan di pinggir jalan tidak mendapatkan keuntungan yang besar. Akan tetapi semua ucapan atau perkataan orang yang memandang bahwa pedagang kaki lima itu sulit untuk sukses adalah perkataan yang tidak benar karena tolak ukur kesuksesan bukan dilihat dari pekerjaan orang itu seperti apa tetapi kesuksesan di dapat dari orang yang mampu bekerja keras sekuat tenaga dan tidak akan menyerah, selalu berusaha untuk mencapai apa yang di inginkan.
    Faktanya di Indonesia sekarang sudah banyak para pedagang kaki lima yang sukses dengan hasil usaha keras mereka untuk memenuhi segala kebutuhan. Ada beberapa kasus pedagang kaki lima yang sukses yaitu : 1) Kasus Ujang Nuryadien, tukang servis panci di Palangka Raya yang sukses sekolahkan anak hingga S2. Suara palu yang bertalu-talu memukul logam aluminium terdengar lantang di telinga, memecah kesunyian deretan toko kelontong di Kawasan Pasar Kahayan, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, Selasa (10/12/2024) pagi. Suara nyaring bersumber dari toko servis panci di deretan toko kelontong itu. Mesin penyaring minyak berbahan aluminium teronggok di antara bisingnya ketukan palu. Tangan tua Ujang Nuryadien bergerak lincah mengukur, menggunting, sampai memukul-mukul aluminium membentuk tutup mesin peniris minyak. Ini lagi bikin tutupnya, kemarin yang mengantar barang ini minta dibuatkan tutup yang baru, yang lama longgar. Saat ini lumayan banyak pesanan," ungkap pria berusia 60 tahun itu, saat berbincang-bincang dengan Kompas.com. Pria kelahiran Tasikmalaya tahun 1964 ini mengatakan, usaha servis panci dan peralatan rumah tangga itu sudah dia tekuni sejak zaman krisis moneter tahun 1997 lalu. Sulitnya memenuhi kebutuhan hidup di zaman itu, ditambah lagi bekal pendidikannya yang hanya sampai sekolah dasar (SD), memaksanya untuk mencari penghasilan yang cukup. Saya ke Kalimantan sejak 1994 ikut orang merantau, pertama di Kalsel, kemudian Kaltim, bekerja serabutan, sempat jadi kuli bangunan juga," ujar dia. Dia kemudian menetap di Kalteng pada tahun 1997. Memikirkan stabilitas penghasilan di tengah pekerjaan yang tidak menentu dan krisis moneter, Ujang lantas berpikir mencari penghasilan yang lebih stabil. Saya kemudian belajar menambal panci dari teman. Selain menambal, saya juga menerima pembuatan alat rumah tangga, dandang bakso, loyang roti, dan alat lain yang bahannya dari aluminium," ucap Ujang, dengan bahasa Banjar beraksen Sunda. Ingin masa depan anak lebih baik, Ujang kemudian menyewa salah satu bangunan toko kayu yang kini menjadi tempat usahanya itu. Jaraknya tak berapa jauh dari tempat tinggalnya. Toko servis berbahan bangunan kayu itu yang kemudian menjadi saksi bisu perjuangan Ujang puluhan tahun mencari nafkah untuk istri dan keempat anaknya. Penghasilan dari pekerjaan itu yang membuat anak-anaknya bisa sekolah. Lumayan lah, sebulan paling sedikit bisa dapat Rp 3 juta, tapi itu naik turun, tergantung banyak sedikitnya orang yang mau servis," ujar dia. Dari penghasilan yang naik turun itu, Ujang mengaku harus pintar-pintar membagi prioritas. Menurut Ujang, selain untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, dia juga harus menyisihkan uang demi pendidikan anaknya. Saya cuman lulusan SD, ibunya juga sama, tapi saya ingin anak-anak kami punya masa depan yang lebih baik. Jalurnya ya melalui pendidikan," ungkap Ujang. Berkat penghasilan dari servis panci dan alat rumah tangga itu, dia bisa membuat anak-anaknya menempuh pendidikan dengan baik. Anak keduanya, Bela Novita, yang menjadi sumber kebanggaannya, berhasil menamatkan S1 di IAIN Palangka Raya. Saat ini dia lanjut S2 di universitas yang sama. Alhamdulillah sekarang bisa bekerja sebagai supervisor di salah satu perusahaan ritel di Palangka Raya," tutur dia. Bagi Ujang, pendidikan adalah kunci mengubah nasib seseorang menjadi lebih baik. Melalui kios kecil dan usaha yang digelutinya, kisah Ujang memberikan pesan bahwa kerja keras mampu memperbaiki nasib seseorang, betapapun terbatasnya. 2) Kasus pedagang kaki lima di Gorontalo, sekolahin anak hingga jadi pengusaha, bidan, dan dokter. Setiap orang tua selalu berusaha yang terbaik buat anak-anaknya. Demikian juga yang dirasakan Latif Bialangi. Ia seorang ayah yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang kaki lima di Kawasan kantor pemerintahan Kabupaten Gorontalo. Meski tidak tamat sekolah dasar, pria yang sudah 38 tahun berjualan di sudut pagar kantor pemerintahan Kabupaten Gorontalo ini sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana. Hingga berhasil meraih cita-cita jadi pengusaha, bidan, dan dokter, Keberhasilan ini tentunya adalah buah perjuangannya Bersama sang istri, Patria Wolinelo. Rupanya perjalanan hidup Latif menyimpan cerita haru. Bagaimana tidak, semasa kecil ia hidup menumpang di rumah kerabatnya karena sang ibu meninggal dunia ketika usianya baru tiga tahun. Hidup dalam kemiskinan, memaksa Latif untuk mandiri. Ia harus mengubur cita-citanya bersekolah tinggi karena keterbatasan biaya. Ketika menginjak usia remaja, Latif memilih merantau ke Manado dan bekerja sebagai buruh petik cengkeh. Setelah mengumpulkan gajinya selama bekerja di perkebunan cengkeh, Latif kembali ke kampung halamannya di Kelurahan Bulota, Kecamatan Limboto. Gajinya dijadikan modal usaha berdagang di pinggiran jalan. Dari hasil jualannya dan gaji sang istri sebagai pegawai negeri pun mengantarkan anak-anaknya menjadi sarjana. Pasangan suami istri ini memiliki empat orang anak yang semuanya berhasil mengenyam Pendidikan di Makassar. Anak sulungnya bernama Rahmat Bialangi, kini menjadi seorang pengusaha muda di bidang property dan rumput laut serta menjabat sebagai ketua himpunan pengusaha muda Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Sementara anak kedua, Herlina Bialangi sukses jadi ASN bidan di Bone Bolango, Gorontalo. 2) Kasus Ali pedagang yang sukses di bidang kuliner. Ali Renaldi lahir di Lamongan pada tahun 1976 atau akrab dipanggil om Ali yang merupakan seorang pengusaha yang berhasil sukses dalam bidang kuliner dengan menjual bebek goreng. Bebek Ali borme menjadi andalan rekomendasi kuliner untuk di kunjungi ketika datang ke Kota Bandung. Selain harganya yang murah, rasa dari makanan yang mereka sediakan sangat menggunggah selera. Bebek Ali borme menjadi andalan bagi para pecinta kuliner maupun mahasiswa, karena harganya yang enak. Namanya yang unik membuat warung makan ini mudah diingat dan cukup menarik perhatian konsumen. Ali  membuka usaha rumah makan kaki lima sebelah Rumah Sakit Borromeus, tepatnya ada di Kota Bandung yang berada di Jl. H. Juanda, Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat. Ali karena dulu lebih dominan yang laku terjual adalah lele dan ayam goreng saja, karena bebeknya hanya laku satu ekor saja per harinya. Tahun pertama jualan sampai tahun ke 5 jualannya mulai ramai pembeli. Memang berat memulai suatu usaha dari 0, tetapi nikmat juga disyukuri. Pembeli lebih banyak dari kalangan mahasiswa yang kebetulan saat itu dekat dengan kampus ITB (Institut Teknologi Bandung), sehingga ia melakukan promosi gratis minum setiap pembelian. Tentunya mahasiswa tertarik denan promosi tersebut, karena kita tahu kebanyakan mahasiswa merantau jauh dari tempat tinggalnya sehingga mereka harus bisa mengatur keuangannya. Dan promosi tersebut berhasil menarik perhatian pelanggan untuk membeli makan. Hingga akhirnya banyak menarik pelanggan untuk mampir beli sampai rumah makan kaki lima terlihat ramai dan membuat orang-orang ikut penasaran untuk membelinya, dari situlah usahanya mulai berkembang pesat. Sejak ramai usaha rumah makan kaki lima tersebut, Ali Renaldi mengubah nama usahanya menjadi bebek borromeus karena lebih mudah dikenal dan letaknya yang bersampingan dengan Rumah Sakit Borromeus. Setelah 15 tahun menjalankan usahanya di samping Rumah Sakit Borromeus, kini telah berpindah tempat ke gedung yang lebih besar dan tentunya tempat yang strategis. Setelah berpindah tempat, Ali juga mengubah kembali nama usaha kulinernya menjadi bebek Ali borme. Setelah 3 tahun sejak Ali berpindah tempat usahanya, kini ia bisa membangun lagi menjadi tiga lantai yang tentunya lebih bagus dan memperbanyak fasilitas untuk kenyamanan pelanggan. Hal itu membuat Ali sangat bersyukur atas keberhasilan usaha kulinernya yang sudah besar seperti sekarang. Ia tidak akan lupa atas jasa orang-orang yang telah mendukung dan mendoakannya sampai saat ini. Ia sangat bangga terhadap dirinya sendiri karena impiannya tercapai satu persatu. 3) Kasus Bapak Hj. Basri sukses jualan di affiliator tiktok. Di zaman sekarang semenjak tiktok mengadakan fitur pasar digital online seperti menaruh produk atau barang yang mau kita jual di affiliator sehingga orang-orang dapat mudah mengakses dan membeli produk tersebut. Seperti hal nya yang dilakukan oleh Bapak Hj. Basri yang berusia 68 tahun asal Sumatera Barat merupakan seorang affiliator atau penjual online di media sosial, beliau belajar dengan cara membeli buku tentang trik ngonten dari seorang konten creator yang awalnya video Bapak Hj. Basri ini sangatlah sepi ditambah seringkali semua keranjang kuning yang beliau masukan hilang karena sebuah pelanggaran yang mungkin beliau tidak tahu. Tapi kebetulan video Bapak Hj. Basri ini sampai pada pemilik buku tersebut ia pun membantu Bapak Hj. Basri dan melaporkan pada pihak media sosial terkait agar memulihkan pelanggaran tersebut hingga sekarang Bapak Hj. Basri semakin viral dan video jualan Bapak Hj. Basri selalu fyp hingga penontonnya pun jutaan. Yang pastinya banyak yang nonton berarti banyak juga yang beli padahal banyak yang bilang video-vidio Bapak Hj. Basri ini sangatlah kaku, kameranya pun buram, dan barang yang dijualnya pun sangatlah sederhana seperti soffel, gosok gigi, pencuci piring, sabun mandi, dan berbagai macam barang yang dapat kita temukan di warung rumah saja. Bahkan awal-awal melihat beliau sudah tua berjualan seperti itu membuat banyak orang kasian dan ingin membuka open donasi tapi hebatnya, Bapak Hj. Basri menolak karena dia masih mampu sebab ternyata beliau adalah seorang pensiunan dari salah satu bank besar. Banyak warganet yang salut dengan kegigihan Bapak Hj. Basri yang mengikuti perkembangan zaman dengan cara yang positif tidak menipu dan tidak meminta minta melainkan bekerja dengan halal dan semangat yang giat.
     Menjadi pedagang kaki lima (PKL) di pinggir jalan ternyata juga memiliki peluang sukses yaitu : 1) Dibutuhkan mental yang kuat yang merupakan ide kreatif saja masih belum cukup sebagai modal menjadi pengusaha. Mental yang kuat serta sikap yang tahan terhadap tekanan dalam menangani jarak dekat suatu kondisi dalam berbisnis harus dimiliki oleh pelaku usaha. Namun, untuk bisa mencapai kesuksesan itu memang tidak mudah. Seiring berjalannya waktu, pelaku usaha tersebut tentu akan belajar banyak hal sehingga bisa memperbesar usahanya. Ada tips-tips yang bisa menjadi kunci sukses menjadi pedagang kaki lima. 2) Membangun kempuan bersaing sebagai pesaing, jangan memperlakukan pesaing kamu dengan hal negative seperti mengirim atau menghindari mereka. Akan tetapi jadikan competitor kamu sebagai rekan dan penyemangat yang akan mendorong kamu untuk bisa belajar dan lebih kreatif lagi. 3) Mewujudkan loyalitas pelanggan yaitu kualitas pelayanan saat konsumen pertama kali mengunjungi warung atau kedai akan jadi hal yang menentukan tanggapan mereka terhadap bisnis kamu. Jika konsumen mereka puas, maka kemungkinan besar mereka akan datang lagi dan menjadi pelanggan kamu. Mereka pun tak akan segan untuk merekomendasikan kepada teman-teman atau kerabatnya apabila pelayanan yang diberikan sangat baik. Selain itu menerima kritik dan masukan dari konsumen dengan sikap terbuka jadi salah satu kualitas pelayanan yang anda berikan kepada mereka sehingga mereka lebih dihargai. 4) Tentukan strategi pemasaran yang tepat yaitu seperti pilih lokasi yang tentunya bisa dijangkau oleh konsumen, artinya tidak sulit untuk mencarinya. Selalu jaga kebersihan tempat usaha kamu agar konsumen merasa nyaman. Kamu juga bisa memanfaatkan media sosial untuk promosi. 5) Keteguhan dan konsistensi yang merupakan ketekunan dalam menjalankan usaha sangat penting. Kesuksesan tidak datang dalam semalam, dibutuhkan waktu dan usaha yang konsisten untuk membangun bisnis kaki lima yang sukses. Dengan menerapkan solusi-solusi dalam bisnis mereka, bahkan dengan modal yang terbatas.
   Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pedagang kaki lima tidak hanya bergantung pada kemampuan mereka menjual barang atau makanan, tetapi juga pada strategi adaptif yang mereka terapkan dalam menghadapi tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dengan memanfaatkan solidaritas komunitas, teknologi, serta kearifan lokal, PKL dapat bertahan dan bahkan berkembang di tengah keterbatasan yang ada. Untuk menjadi sukses, pedagang kaki lima harus memahami dan menerapkan strategi-strategi produktif, promotif, dan manajerial yang efektif. Mereka harus fleksibel dalam menghadapi tantangan dan terus meningkatkan pengetahuan kewirausahaan serta motivasi mereka untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan. Ketekunan dan kerja keras pedagang kaki lima yang sukses menunjukkan dedikasi yang tinggi dan tidak mudah menyerah, meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti cuaca, persaingin, atau regulasi. Serta keberhasilan itu di dapat dari kombinasi usaha keras, inovasi, dan adaptasi terhadap lingkungan serta kebutuhan pelanggan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun