Mohon tunggu...
Alin Harda
Alin Harda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi menyelam sambil minum air

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Angka Pernikahan Turun, Warga +62 Enggan Menikah?

13 Maret 2024   20:59 Diperbarui: 14 Maret 2024   13:46 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan islam mengenai pernikahan merupakan suatu hal yang sakral, dimaknai ibadah kepada Allah, serta mengikuti sunnah Rasulullah dan dilaksanakan dengan keikhlasan, tanggung jawab dan mengikuti aturan-aturan hukum. Lantas mengapa di tahun 2024 ini pernikahan menurun???

Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2023, angka perkawinan di indonesia terus mengalami penurunan yang drastis. Penurunan paling drastis terjadi selama tiga tahun terakhir. Dari data penurunan dari tahun 2022 hingga 2023, angka penurunan sekitar 7,51%.

Yang menjadi sorotan kali ini adalah ibu kota Jakarta. Memang di ibu kota negara-negara maju angka kelahiran rendah bukanlah hal yang aneh lagi, seperti di Jepang, dan Korea Selatan. 

Banyak orang yang tidak menikah padahal umurnya 25 tahun keatas. Mereka menganggap masih memiliki prioritas yang lain bukan hanya sekedar menikah. Seperti menghidupi keluarganya, apalagi di angkatan kita ini banyak yang mengalami sendwich generation. Sehingga harus menghidupi dirinya serta menghidupi orang tuanya, jika ia memilih untuk menikah hidup keluarganya akan tidak terjamin. 

Di generasi kita saat ini memang adanya sekolah geratis cukup membantu namun sebagai orang tua kelak ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, maka kita lebih memilih mempersiapkan dulu supaya anak bisa hidup dengan enak.

Sedangkan dari sudut pandang perempuan, banyak yang tidak mau menikah karna mereka menganggap akan menganggu karir mereka. Di lapangan ketika di interview kerja, ada pertanyaan seperti " ada tidak beberapa tahun kedepan rencana untuk menikah ?".

Kebanyakan mereka yang menjawab iya akan susah menjadi karyawan tetap. Karena pada perempuan yang sudah menikah yang artinya akan hamil dan melahirkan perusahaan akan memberi kompensasi hamil dan melahirkan, sedangkan perusahaan tidak mau terlalu repot mengenai masalah ini. Sehingga perempuan-perempuan saat ini lebih memperioritaskan karier terlebih dahulu ketimbang untuk menikah.

Ada juga berbagai alasan lain yang menjadi penyebab pemicu seperti viralnya kasus perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga. Dalam hal ini keluarga juga dapat menjadi faktor penurunan angka pernikahan di Indonesia. 

Laki-laki maupun perempuan yang tidak memiliki dukungan dari keluarga akan memiliki lebih banyak kesulitan untuk menikah dibandingkan dengan mereka yang keluarganya mendukung dari berbagai aspek. Bahkan pada keluarga yang memiliki latar belakang broken home juga dapat menjadi pemicu ketidak inginan untuk menikah. 

Dari sudut pandang wanita yang melihat secara langsung kasus-kasus di luar sana baik itu perselingkuhan ataupun KDRT menjadi sulit percaya terhadap laki-laki. Namun perlu di ingat KDRT bukan hanya bisa terjadi pada perempuan saja tetapi juga bisa pada laki-laki meskipun kebanyakan yang terjadi kasusnya pada wanita. Hal ini membuat kami sebagai wanita memiliki trust isue terhadap laki-laki.

Terlebih pada anak broken home yang mengetahui bagaimana hal tersebut terjadi pada keluarganya. Pandangan mereka tentang pernikahan bukan lagi menjadi hal yang membahagiakan dan bukan lagi menjadi suatu prioritas. Yang mereka pikirkan sekarang menjadi independen womend, membahagiakan orang tua, dan mencari kebahagiaan yang belum mereka dapatkan sebelumnya. Apakah hal ini salah??

Dimata masyarakat mungkin hal ini masih tabu. Perempuan yang belum menikah di umur 25 tahun di anggap menjadi perawan tua, tidak laku, dan lain sebagainya. Tetapi kita juga harus memikirkan bagaimana kehidupan kita setelah pernikahan, apakah finansial dan psikologis kita sudah siap dengan apa tuntutan di dalam pernikahan?. 

Maka dari itu mari kita normalisasikan menikah di umur 25 tahun bukan suatu kewajban, dan finansial yang cukup serta psikologis yang siap itu adalah hal yang diwajibkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun