Mohon tunggu...
Alin EnggellitaWongsonegara
Alin EnggellitaWongsonegara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan mahasiswi jurusan Psikologi

Saya Alin Enggellita Wongsonegara, saya merupakan mahasiswi jurusan Psikologi di Universitas Kristen Krida Wacana angkatan 2020. Selain tertarik untuk mempelajari manusia, saya juga tertarik untuk membahas dan menulis isu-isu yang ada dalam masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Manusia yang Cerdas dalam Menyikapi Isu Perpindahan Agama di Indonesia

31 Oktober 2021   14:21 Diperbarui: 31 Oktober 2021   14:27 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Isu-isu perpindahan agama dan kondisi yang terjadi di kalangan masyarakat seakan mengajak saya untuk menjelajahi berbagai perspektif hingga menghasilkan beberapa pertanyaan. Isu perpindahan agama ini berbicara perihal orang-orang beragama dan orang-orang beriman, namun, apakah memberikan komentar pedas, menghakimi, menyudutkan, bahkan menjelek-jelekan orang lain hanya karena isu perpindahan agama adalah karakter orang-orang beragama dan beriman? Mengapa seseorang berani menghakimi agama orang lain padahal perilaku menghakimi saja sudah sangat tidak mencerminkan karakter orang yang beragama? Atas dasar apa kita memaksa orang lain untuk tetap menganut agama yang sama dengan kita jika hukum negara dan agama itu sendiri pun tidak pernah memaksa?

Pertanyaan di atas mungkin sedikit banyak sulit untuk dijawab. Oleh karena itu, kita harus menjadi manusia yang cerdas dalam menyikapi isu perpindahan agama di Indonesia. Menjadi manusia yang cerdas memang bukan perkara mudah, namun bukan berarti hal ini bisa menjadi alasan kita untuk menyerah. Kita dapat memulainya dengan belajar untuk menghargai kebebasan beragama, mengingat Indonesia memiliki agama dan keyakinan yang beragam. Setelah kita bisa menghargai kebebasan dalam beragama baru lah kita bisa belajar untuk memiliki sudut pandang yang objektif. Di mana sudut pandang yang objektif ini akan mengantarkan kita kepada pola pikir yang lebih terbuka dan kritis dalam bertindak.

Klasik. Mungkin kedua hal ini sudah sering kita dengar bahkan sudah menjadi bekal pembelajaran sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, namun kenyataannya kedua hal ini masih menjadi "PR" bagi kebanyakan orang. Sebenarnya, tidak perlu ide-ide besar jika perilaku mendasar perihal menghargai masih sering membuat kita gusar. Untuk itu, mari kita berproses untuk menjadi manusia yang cerdas dalam menyikapi isu perpindahan agama. Sebab, tidak ada yang lebih indah daripada perdamaian antar umat beragama.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun