Mohon tunggu...
Aline Lintang
Aline Lintang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik

Hallo ! Aku Lintang, seorang pengusaha, pecinta fashion dan kuliner. Lagi sibuk banget nih mengurus Beanshop, tempat di mana kamu bisa belanja baju kece sambil ngopi santai. Aku percaya kalau hidup itu harus dinikmati, jadi aku bikin tempat ini biar kamu bisa nemuin semuanya di satu tempat. Yuk, mampir dan rasain vibe-nya sendiri!

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Rumah Bayangan Part 2

11 Oktober 2024   19:00 Diperbarui: 11 Oktober 2024   21:26 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**Chapter 2: Teka-Teki Jejak Cermin**

Suasana malam yang tenang menyelimuti kota kecil itu, dengan langit yang tertutup awan gelap dan angin yang menerpa pepohonan di sekitar rumah tua tempat pembunuhan Lisa terjadi. Di kantor polisi, Anton duduk di ruang penyelidikannya yang dipenuhi dengan dokumen kasus, sambil menatap papan besar yang dipenuhi foto-foto tempat kejadian perkara dan catatan-catatan yang belum terpecahkan. Pikiran Anton berputar-putar, mencoba menemukan pola dari teka-teki yang semakin membingungkan ini.

Siska, yang duduk di depannya, masih memegang cangkir kopi yang sudah hampir dingin. Wajahnya menunjukkan kelelahan, tetapi matanya berkilat penuh rasa ingin tahu. Dia selalu tertarik pada hal-hal yang berbau mistis, meskipun Anton berulang kali memperingatkannya agar tetap berpegang pada fakta.

"Masih memikirkan cermin itu, ya?" tanya Siska, mencuri pandang ke arah papan penuh informasi di dinding.

Anton mengangguk perlahan. "Ada sesuatu yang salah dengan cermin itu. Tidak mungkin benda sebesar itu bisa tetap bersih di tengah rumah yang begitu kotor dan penuh debu. Dan sidik jari yang kita temukan---sepertinya milik seseorang yang tidak dikenal di database kita. Itu membuatku bertanya-tanya, siapa pelaku sebenarnya? Pelaku ini pasti bukan orang sembarangan."

Siska tersenyum kecil, seolah sedang merencanakan sesuatu. "Kau tahu, ada cerita lama tentang cermin yang bisa memantulkan jiwa, atau bahkan menangkap bayangan dari dunia lain. Beberapa orang percaya cermin bisa menjadi pintu ke dimensi lain."

Anton menghela napas dan memutar matanya. "Aku sudah bilang berkali-kali, kita tidak sedang berbicara tentang hal-hal mistis di sini, Siska. Aku butuh bukti yang bisa dibuktikan secara logis. Tidak ada hantu atau roh jahat dalam kasus ini. Hanya seseorang yang sangat cerdik dan licik yang memanfaatkan setiap celah yang ada."

Namun, meskipun Anton tetap berpegang pada logika, perasaan bahwa ada yang lebih dari sekadar pembunuhan biasa ini terus menghantui pikirannya. Mengapa cermin itu selalu ada di setiap aspek kasus ini? Dan mengapa sidik jari di cermin tidak bisa diidentifikasi? Anton akhirnya memutuskan untuk meminta ahli forensik memeriksa cermin itu lebih detail.

Beberapa hari kemudian, tim forensik datang dengan laporan baru. "Kami memeriksa cermin itu dengan teliti," kata seorang ahli forensik kepada Anton saat dia menyerahkan dokumen hasil pemeriksaan. "Ada beberapa hal yang aneh. Pertama, sidik jari yang ditemukan di cermin tidak ada di database. Itu artinya, pelaku belum pernah ditangkap atau tidak ada catatan apapun tentang dia. Kedua, permukaan cermin tampaknya baru saja dibersihkan sebagian, namun tidak ada jejak alat pembersih atau kain. Dan yang paling aneh, saat kami menggunakan metode inframerah, ada bayangan samar di balik cermin. Seperti ada sesuatu yang dipantulkan, tapi tidak terlihat oleh mata telanjang."

Anton terdiam sejenak, memikirkan apa yang baru saja didengar. "Bayangan? Maksudmu sesuatu yang fisik?"

Forensik itu menggeleng. "Tidak jelas. Bisa jadi refleksi dari ruangan, atau mungkin sesuatu yang terjadi di permukaan cermin itu sendiri. Kami belum bisa memastikan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun