Sebagai istri seorang polisi, aku sudah terbiasa berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti tugas suamiku. Namun, ketika kami pindah ke rumah dinas yang baru, yang letaknya cukup terpencil di pinggiran kota, aku tak pernah menyangka akan mengalami pengalaman mistis yang mengganggu. Saat itu, aku sedang hamil tujuh bulan, dan kehadiran suamiku yang sering kali bertugas malam hari membuatku sering kali sendirian di rumah.
Rumah dinas ini cukup tua, dengan dinding-dinding kayu yang sudah lapuk di beberapa bagian, dan ada aura aneh yang menyelimuti tempat itu sejak pertama kali kami tiba. Tetangga pun jarang, hanya beberapa rumah polisi lain yang jaraknya cukup berjauhan. Saat siang hari, rumah ini terasa biasa saja, tetapi ketika malam tiba, suasananya berubah drastis---sepi dan dingin.
Malam pertama yang terasa aneh adalah ketika suamiku sedang piket malam. Saat itu, aku terbangun sekitar jam 2 pagi karena mendengar suara langkah kaki berat dari arah ruang tamu. Suara itu terdengar jelas, seperti seseorang sedang berjalan bolak-balik di lantai kayu. Jantungku langsung berdegup kencang, karena aku tahu tak ada orang lain di rumah selain aku. Aku mencoba menenangkan diri, berpikir mungkin itu hanya suaraku sendiri yang sedang berimajinasi karena kelelahan.
Namun, ketika suara langkah itu semakin dekat menuju kamarku, aku benar-benar merasa ada sesuatu yang salah. Dengan tangan gemetar, aku menyalakan lampu di samping tempat tidur. Tak ada apa-apa di dalam kamar, tapi suara langkah itu berhenti tepat di depan pintu kamar yang tertutup. Suasana mencekam itu membuat bulu kudukku berdiri, dan tanpa berpikir panjang, aku langsung membaca doa-doa yang kuketahui.
Setelah beberapa menit, suara itu menghilang begitu saja. Aku tak berani keluar dari kamar hingga pagi tiba, dan ketika suamiku pulang, aku menceritakan kejadian itu. Dia hanya tersenyum, mengatakan bahwa mungkin aku hanya lelah atau sedang sensitif karena hamil.
Tapi malam berikutnya, kejadian yang lebih menyeramkan terjadi.
Sekitar tengah malam, ketika aku sedang tidur, aku merasa ada yang menekan perutku. Rasanya seperti ada tangan tak terlihat yang dengan perlahan namun pasti menekan bagian perutku, seolah mencoba menyakiti bayiku. Aku terbangun dengan napas terengah-engah, keringat dingin mengalir di dahiku. Begitu mataku terbuka, aku melihat sesuatu yang membuatku nyaris berteriak.
Di sudut kamar, dekat lemari pakaian, berdiri sosok perempuan berambut panjang. Wajahnya tak jelas karena tertutup oleh rambut hitam yang kusut, tapi aku bisa merasakan tatapannya yang penuh kebencian. Dia hanya berdiri di sana, tak bergerak, namun aku bisa merasakan kehadirannya yang mengancam. Sekali lagi, aku mencoba membaca doa dengan lirih, berharap sosok itu menghilang. Perlahan-lahan, sosok itu memudar, tetapi aura dingin di dalam kamar tetap terasa sepanjang malam.
Pagi harinya, aku berbicara dengan tetangga yang lebih lama tinggal di kawasan tersebut. Mereka memberitahuku bahwa beberapa penghuni rumah dinas sebelumnya juga pernah mengalami gangguan serupa, terutama wanita hamil. Katanya, rumah ini dulunya adalah bekas tempat tinggal seorang istri polisi yang meninggal tragis saat mengandung. Sejak saat itu, arwahnya dipercaya sering berkeliaran, mencari anak yang tak pernah ia lahirkan.
Mendengar cerita itu, aku merinding. Sejak malam itu, aku selalu menjaga diriku dengan lebih berhati-hati, tak lupa membaca doa-doa setiap kali suamiku harus bertugas malam. Gangguan itu masih sering terjadi, terutama suara langkah kaki dan kehadiran sosok perempuan di sudut kamar. Namun, aku berusaha untuk tidak menunjukkan rasa takut, karena aku tahu, semakin takut aku, semakin kuat gangguan itu.
Pengalaman ini membuatku sadar bahwa tidak semua yang tak terlihat bisa diabaikan. Kadang-kadang, ada dunia lain yang hidup berdampingan dengan kita, dan di rumah dinas itu, aku merasakannya dengan sangat jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H