Aku adalah seorang penduduk asli Kalimantan, lahir dan dibesarkan di desa kecil yang dikelilingi oleh hutan lebat dan sungai yang jernih. Sejak kecil, aku sering mendengar cerita tentang berbagai makhluk halus dan tempat-tempat misterius di sekitar kami. Namun, tidak ada cerita yang seangker dan seajaib saat aku secara tidak sengaja memasuki Kota Ghoib Saranjana. Pengalaman itu akan selalu membekas di ingatanku, dan kini aku ingin membagikannya.
Suatu pagi, aku berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar. Hutan tempatku sering mencari kayu bukan hutan sembarangan; itu adalah bagian dari hutan rimba yang sangat lebat dan misterius. Sebelum berangkat, Ibu mengingatkan agar aku tidak terlalu jauh menjelajah, karena hutan ini terkenal dengan keangkerannya.
Meskipun peringatan itu mengganggu pikiranku, rasa penasaran mendorongku untuk menjelajahi area yang belum pernah aku datangi sebelumnya. Aku berjalan melewati pepohonan tinggi yang menjulang, suara burung berkicau, dan suara angin yang berbisik. Namun, setelah beberapa saat, aku mulai merasa seperti ada yang mengawasiku.
Saat aku melangkah lebih dalam, aku menemukan jalan setapak kecil yang tertutup oleh dedaunan. Tanpa berpikir panjang, aku mengikuti jalan itu. Seiring berjalannya waktu, suasana hutan menjadi lebih sunyi dan dingin. Rasa cemas mulai menguasai diri ini, tetapi aku terus melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan cukup lama, aku tiba di sebuah tempat yang tidak aku kenali. Di depanku terbentang padang yang indah, dikelilingi oleh pepohonan yang tinggi. Di tengah padang itu berdiri bangunan-bangunan megah yang terlihat seperti kota, tetapi semua itu terlihat aneh---seolah-olah baru saja muncul dari kabut. Tanpa sadar, aku telah memasuki Kota Ghoib Saranjana.
Saat melangkah masuk, aku merasa seperti di dunia lain. Bangunan di kota itu tidak seperti yang pernah aku lihat sebelumnya. Semuanya berkilauan dengan cahaya yang lembut, dan suasananya terasa damai namun aneh. Orang-orang yang aku lihat mengenakan pakaian yang tidak biasa---berpakaian putih bersih, wajah mereka tampak tenang dan ramah, tetapi ada sesuatu yang aneh dari tatapan mereka, seolah-olah mereka bisa melihat ke dalam jiwaku.
Aku berkeliling kota, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Beberapa penduduk kota itu menghampiriku dan menanyakan asalku. Ketika aku menjawab bahwa aku dari Kalimantan, mereka tersenyum, tetapi ekspresi mereka tampak penuh arti. Mereka mengajakku untuk mengikuti mereka ke sebuah acara yang sedang berlangsung.
Aku diundang ke sebuah tempat yang tampak seperti alun-alun kota. Di tengah alun-alun, terdapat panggung besar tempat sekelompok orang sedang menari dan bernyanyi. Musik yang lembut dan merdu mengisi udara, membuatku merasa tenang. Namun, saat aku melihat lebih dekat, aku menyadari bahwa gerakan mereka tidak sama dengan tarian yang aku kenal.
Satu per satu, penduduk mulai mendekatiku, menawarkan makanan dan minuman. Mereka semua tampak ramah, tetapi ada perasaan tidak nyaman di dalam diri ini. Ketika mereka melihat aku makan dan menari, suasana menjadi semakin ceria. Namun, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh. Pandanganku menjadi kabur, dan suara musik itu perlahan-lahan menjadi samar.
Aku teringat akan peringatan Ibu untuk tidak makan atau minum apa pun yang ditawarkan oleh orang asing. Dalam panik, aku mencoba untuk bangkit dan berlari, tetapi tubuhku seolah terikat. Rasanya seperti ada kekuatan gaib yang menahanku di tempat.