Dampak Proses Pembelajaran yang Monoton
Pendidikan merupakan sebuah hal yang penting bagi sebuah negara, bahkan kemajuan sebuah negara dilihat melalui kualitas pendidikan negara tersebut (Kurniawati, 2022). Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Pendidikan bukan hanya sekedar memasukkan informasi ke dalam otak, tetapi juga membantu mereka untuk memahami dan mengapliksikan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (John Dewey, 1916). Namun, dalam penerapannya terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah dan salah satu penyebabnya adalah pembelajaran yang monoton (Kurniawati, 2022).
Pembelajaran monoton merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan berulang kali dengan metode dan gaya pembelajaran yang sama tanpa adanya inovasi atau perbedaan dalam setiap pembelajarannya. Menurut Sudjana (2005) pembelajaran monoton sering kali terjadi ketika guru bergantung pada metode ceramah atau pengajaran satu arah. Hal ini menyebabkan siswa tidak aktif dan menghambat perkembangan keterampilan berpikir kritis mereka. Tidak adanya interaksi antara guru dan siswa menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi membosankan.Â
Pembelajaran yang membosankan mengganggu kegiatan belajar itu sendiri, misalnya siswa justru mengobrol dengan teman sebangku dan membicarakan hal menarik bagi dirinya, sehingga tidak tertarik pada pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Selain itu, yang mungkin terjadi adalah ketika guru memberikan tugas dan siswa tidak akan memahami cara mengerjakannya (Nadika, 2018). Hal ini dapat menurunkan kualitas siswa karena pembelajaran yang monoton, membuat siswa tidak dapat berkembang dan hanya sampai pada level yang sama setiap pertemuannya.
Menurut Tika Nurti Sartika Sari (2021), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengajaran monoton.
- Guru cenderung menggunakan metode pengajaran tradisional seperti metode cermah atau penugasan tanpa variasi. Hal ini membuat pembelajaran kurang menarik dan siswa menjadi pasif.
- Kurangnya pelatihan dan rendahnya kreativitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif juga menjadi penyebab pembelajaran monoton.
- Kurangnya ketersediaan media atau sumber belajar yang menarik membuat proses pembelajaran tidak dapat berkembang.
- Kurangnya motivasi menjadikan siswa merasa bosan dan malas.
- Perbedaan kondisi dan karakteristik siswa membuat guru harus mengenali setiap kondisi siswanya.
- Fokus pada menyelesaikan kurikulum dalam waktu tertentu dapat menyebabkan guru mngesampingkan inovasi dan hanya berfokus pada transfer materi secara cepat.
Selain itu, dengan berkembangnya teknologi secara pesat, menyebabkan guru dituntut untuk beradaptasi dengan pendekatan baru. Guru yang tidak atau kurang mendapatkan pelatihan rutin tentang metode pembelajaran modern sering kali merasa kesulitan. Pada akhirnya, mereka tetap mempertahankan metode pembelajaran ceramah karena sudah terbiasa dan tidak membutuhkan perubahan besar dalam persiapan. Guru memerlukan pelatihan professional yang berkelanjutan untuk  memperbarui keterampilan mereka, tetapi banyak yang tidak mendapatkan akses ke program ini (Rusman, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran monoton seperti penggunaan metode ceramah, kurangnya pelatihan guru, keterbatasan media pembelajaran, dan fokus pada penyelesaian kurikulum, secara langsung menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap guru, siswa, dan juga prestasi pada siswa.Â
Menurut Hamalik (2004), dampak negatif dari metode pengajaran monoton pada guru dapat mencakup beberapa hal, yaitu:
- Menurunnya kreativitas mengajar. Guru yang selalu menggunakan metode monoton seperti ceramah, akan kehilangan kreativitas dalam mengajar. Ketika guru tidak mencoba metode baru, tidak akan adanya sebuah inovasi dalam pengajaran.
- Kejenuhan dalam mengajar. Metode yang tidak bervariasi akan menimbukan rasa jenuh dan perlahan kehilangan motivasi dalam bertugas.
- Stres dan tekanan kerja. Guru akan merasa stres dan tertekan saat mereka harus mempersiapkan media dan perencaan pembelajaran yang sama terus menerus.
- Menurunnya interaksi dengan siswa. Penggunaan metode ceamah dalam pembelajaran,secara tidak langsung menghambat siswa untuk menjadi aktif. Ketidakaktifan tersebut dapat mengurangi interaksi siswa dan guru.
Selain guru, siswa juga terkena dampak negatif dalam pembelajaran monoton ini. Seperti hilangnya motivasi siswa dan dapat memicu emosi negatif. Menurut Rizki Ananda Syahfitri, et. al. (2022), dampak negatif tersebut antara lain:
- Kejenuhan belajar. Metode pengajaran yang dikenalkan secara terus menerus tanpa adanya inovasi, membuat siswa mulai jenuh dalam belajar.
- Kurangnya minat. Siswa yang mulai kehilangan minat karena metode pembelajaran monoton, dapat berpengaruh pada motivasi belajar siswa dan kinerja akademik yang menurun.
- Prestasi rendah. Kehilangan motivasi dan minat belajar siswa dapat mempengaruhi bgaimana prestasi siswa tersebut. Siswa kan mengalami kesulitan belajar dan sulit mencapai hasil akademik yang diinginkan.
- Emosi negatif. Emosi negatif siswa dapat muncul ketika mereka mulai bosan dan jenuh. Siswa akan merasa lebih sensitif dan cepat lelah.
Hilangnya motivasi dan minat belajar siswa sebagai hasil pembelajaran monoton, sangat berpengaruh  pada prestasi siswa. Menurut Slavin (2006), dampak negatif dari pembelajaran yang monoton terhadap prestasi siswa adalah:
- Prestasi akademik yang menurun. Pembelajaran yang masih berfokus pada metode ceramah, mengurangi kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan kritis. Sehingga pemahaman sisw terhadap materi tidak bisa berkembang dan berpengaruh pada penurunan hasil belajar siswa.
- Ketidakmampuan menguasai keterampilan yang lebih tinggi. Metode monoton seringkali tidak melibatkan siswa untuk menjadi lebih aktif saat di kelas. Dengan membatasi kemampuan siswa, hal ini tidak menjadikan siswa berpikir kritis dan pemahaman yang lebih mendalam.
Gaya mengajar yang monoton dapat berdampak negatif terhadap guru, siswa, dan juga prestasi siswa. Hal ini menjadi urgensi penting yang harus segera ditangani. Dengan melibatkan siswa pada aktivitas di kelas seperti tanya jawab juga dapat menjadikan siswa lebih aktif. Selain itu, dengan memanfaatkan penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran dan adanya inovasi yang variatif dapat mengurangi pembelajaran yang monoton. Beberapa jenis variatif  yang dapat dilakukan oleh guru yaitu:
- Variasi dalam gaya mengajar, seperti variasi suara, gerak dan mimik, posisi guru, pemusatan perhatian, dll.
- Variasi dalam penggunaan media. Guru harus memiliki kemampuan dalam mengenal dan memilih media.
- Variasi penggunaan metode yang disesuaikan dengan karakteristik siswa.
- Variasi dalam pola interaksi, seperti penggunaan pola interaksi multi rah antara guru dan siswa.