Mohon tunggu...
Alinda Iza Salsabil
Alinda Iza Salsabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca, menulis dan mendengarkan musik, menyukai konten yang bersifat universal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Turki Utsmani Beserta Kemajuannya bagi Dunia Islam

19 Oktober 2022   23:11 Diperbarui: 19 Oktober 2022   23:20 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Turki Utsmani merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar setelah runtuhnya beberapa kerajaan Islam sebelumnya seperti Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, Saljuk, Ayyubiyah, dan Malmuk. Turki Utsmani berhasil tampil sebagai kekuatan Islam di bumi Eropa bagian Timur yang mampu bertahan berabad-abad. Hal tersebut didukung dengan kepemimpinan sang sultan Ottoman, kekuatan militer, cadangan kas negara, dan kestabilan sosial, ekonomi dan politik yang dimilikinya. 

Turki Utsmani sebagai kesultanan Islam yang mampu menjadi tameng kekuatan umat Islam pada masa itu sehingga dapat meraih berbagai kemajuan dan kejayaan. Eksistensinya pun diakui dan diapresiasi, karena tidak mudah untuk bisa bertahan selama berabad-abad di bumi Eropa, bahkan berkali-kali berhasil menyerang pasukan Eropa sampai mereka tidak bisa berkutik. 

Kekuatan juga kestabilan kerajaan Turki Utsmani menjadikannya  berkuasa dalam kurun waktu yang lama di belahan benua Eropa dan juga menjadi penguasa di Asia, khususnya Afrika yang berada di daerah Timur Tengah.

Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Turki Utsmani.

Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki itu sendiri yang berasal dari qobilah Oghuz yang saat itu mendiami daerah Mongol, bagian Utara Cina. Dalam jangka waktu kurang lebih 3 abad, mereka pun memutuskan untuk pindah ke Turkistan kemudian ke Persia lalu Irak. Qabilah mereka masuk Islam sekitar abad ke 9 atau ke 10 M, saat mereka menetap di Asia Tengah. 

Dibawah serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka akhirnya melarikan diri menuju daerah barat dan mencari dataran tinggi seperti pegunungan di tengah-tengah saudara mereka, yaitu orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Disana, dibawah kepemimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, sultan Saljuk yang saat itu sedang berperang melawan Bizantium. 

Atas bantuan mereka, Sultan Alauddin II mendapatkan kemenangan. Karena jasa baik itu, Sultan Alauddin II menghadiahkan kepada mereka yaitu sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak saat itu mereka terus membina serta membangun wilayah barunya dan menetapkan kota Syukud sebagai ibu kotanya.

Pada tahun 1289 M, Ertugrul wafat. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Utsman. Utsman bin Ertugrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Beliau memerintah pada tahun 1290- 1326 M. Sebagaimana ayahnya, Utsman juga mengabdikan dirinya kepada Sultan Alauddin II dalam peperangan melawan Bizantium hingga dapat menjajaki beberapa wilayah Bizantium. 

Ketika mereka tengah menikmati kemenangan atas kalahnya Bizantium, serbuan pasukan Mongol telah memporak-porandakan pasukan tentara Saljuk bahkan Sultan Alauddin II terbunuh oleh tangan Mongolia. Kesultanan Saljuk sangat terpukul akibat serangan yang tiba-tiba ini.

Pada masa itu, Utsman bin Ertugrul mengumumkan berdirinya dinasti Islam yang baru dan mengklaim dirinya sebagai "Padisyah Al-Utsman" yang artinya Raja Besar Keluarga Utsman sehingga dinastinya dinamakan dinasti Utsmani yang berdiri pada tahun 699 H (1300 M). 

Ia pun menjadi penguasa pertama yang dikenal dengan Utsman I. Sedikit demi sedikit ia mulailah memperluas wilayah kekuasaannya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa pada tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M kota itu dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. 

Dengan modal wilayah kecil di Anatolia Tengah dan bekas wilayah Saljuk Rum, Turki Utsmani mampu mengembangkan wilayahnya ke Eropa Timur, Asia Barat, Asia Kecil, dan Afrika Utara. Hal ini dikarenakan oleh kuatnya pengaturan politik dan militer yang tersusun rapi dan ditopang oleh kekuatan ekonomi yang memadai. 

Ekspansi yang dilakukan oleh Utsman dilanjutkan oleh Orkhan. Pada masa pemerintahannya (726-761 H/ 1326-1359 M), kerajaan Turki dapat menaklukkan Azmir (Smirna) pada tahun 1327 M, Thawasyanli pada tahun 1330 M, Uskandar pada tahun 1338 M, Ankara pada tahun 1354 M, dan Gallipoli pada tahun 1356 M. Daerah ini masih termasuk dari benua Eropa yang pertama kali dijajaki oleh kerajaan Turki Utsmani.

Lalu setelah Orkhan, ekspansi Eropa diteruskan oleh Sultan Murad I, yang berkuasa pada tahun 1359-1389 M. Pada saat itu Beliau juga memperkuat keamanan dalam negeri. Dalam masa kekuasaannya ia berhasil menaklukkan Adrianopel yang kemudian dijadikan sebagai ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. 

Merasa cemas terhadap kemajuan dan perkembangan Turki Utsmani yang ekspansinya ke Eropa, membuat Paus menyulut semangat perang. 

Sejumlah pasukan besar sekutu Eropa dipersiapkan untuk memukul mundur gerakan Turki Utsmani. Pasukan tersebut dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun, pada saat itu Sultan Bayazid I (1389- 1403) pengganti Sultan Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Eropa tersebut.

Sultan Bayazid I meneruskan ekspansinya ke Konstantinopel, namun berpapasan dengan tentara Timur Lenk yang pada saat itu tengah menyerbu Asia Kecil dan terjadi peperangan yang membawa kekalahan bagi Turki Utsmani. Peperangan ini terjadi di Ankara pada tahun 1402 M. 

Sultan Bayazid I bersama puteranya yang bernama Musa tertawan dan wafat pada tahun 1403 M, sehingga terjadi kekosongan kekuasaan selama beberapa tahun.

Banyak wilayah yang memerdekakan diri pada saat itu, juga secara internal kekuasaan Turki Utsmani sedang tidak stabil karena terjadi perebutan kekuasaan Sultan Bayazid, Sultan Muhammad I (1403-1421 M) mampu menguasai keadaan genting itu dan ia berusaha keras untuk mempersatukan negaranya serta mengembalikan kekuatan juga kekuasaan seperti semula.

Ketika meninggalnya Timur Lenk pada tahun 1405 M, muncullah keberanian kerajaan Turki Utsmani untuk memerdekakan diri dari Mongolia (Kekuasaan Timur Lenk) dan disaat tengah menikmati keberhasilan, justru timbul perebutan kekuasaan diantara keluarga dan putra-putranya. 

Hal tersebut dimanfaatkan oleh Sultan Muhammad I untuk memenangkan perseteruan dan menciptakan stabilitas politik dalam negeri. Setelah 10 tahun perebutan kekuasaan, akhirnya Sultan Muhammad I terpilih menjadi sultan Turki Utsmani yang sah. Yang ia lakukan pertama kali adalah mulai melakukan perbaikan-perbaikan dan memperkuat dasar keamanan dalam negeri.

Usaha tersebut dilanjutkan oleh penerusnya yaitu Sultan Murad II (1421-1451 M) hingga mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Muhammad al-Fatih (Muhammad II) pada tahun 1451-1484 M. Sultan Muhammad al-Fatih berhasil mengalahkan pasukan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel. 

Hal tersebut merupakan prestasi gemilang dalam sejarah Islam karena benteng Eropa Timur berhasil dikuasai, dan ini terjadi pada tahun 1453 M. Dengan ditaklukkannya Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, sehingga lebih mudahlah arus ekspansi Turki Utsmani ke Benua Eropa.

Pada masa pemerintahan Sultan Salin I (1512-1520 M), Turki Utsmani tidak melakukan perluasan wilayah ke Eropa tetapi justru mengarah ke Mesir (dinasti Mamluk), Persia dan Syiria. Usaha beliau diteruskan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566 M). 

Pada masa Sultan Sulaiman, beliau tidak memperluas kekuasaan ke salah satu arah saja melainkan ke seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Utsmani seperti Tunisia, Irak, Yaman, Budapest, Belgrado, Pulau Rodhes. 

Dengan demikian, luas wilayah kekuasaan Turki Utsmani pada saat itu mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hijaz, Yaman (yang kesemuanya itu termasuk wilayah Asia), Mesir, Libia, Tunis, al-Jazair (semuanya wilayah Afrika), Hongaria, Rumania, Yunani, Yugoslavia, Albania, (semuanya wilayah Eropa). Pada masa Sultan Sulaiman I inilah undang-undang dasar atau al-Qanun kerajaan Turki Utsmani dibentuk sehingga beliau diberi gelar al-Qanun.

Perebutan kekuasaan kembali terjadi setelah Sultan Sulaiman I wafat, yang dilakukan oleh putera-puteranya menyebabkan kemunduran Kerajaan Turki Utsmani. Akan tetapi, meskipun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun