Telolet telolet...
Ya Tuhan... itu bus eh bukan, itu truk pembawa... entahlah aku tidak bisa mengintip lewat kaca spion yang terpasang di depanku ini. Suara klakson yang sudah tidak nge-hits lagi itu berisik sekali dari tadi. Sudah tahu kan kalau jalanan ibukota malam ini macet parah. Mbok ya bisa bersabar sedikit kenapa. Jangan sampai hati yang sudah galau bertambah galau kuadrat hanya karena mendengar bunyi klakson yang masih saja ada orang yang memakainya.
Ah, iya. Gara-gara suara klakson truk yang ada di belakangku ini, entah kenapa aku jadi teringat lagi kejadian tadi pagi di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) daerah Pedes, Karawang.
***
Pagi itu bersama Mang Subur--yang kebetulan lagi libur kerjanya--aku mengunjungi TPI yang tak begitu jauh jaraknya dari desa tempat aku menetap dua pekan ini. Walaupun Bi Isah sudah memperingatkan sambil ngomel-ngomel dan agar aku istirahat saja di rumah dan tidak perlu ikut Mang Subur ke TPI, tapi aku yang bandel tetap ngotot ikut.
"Kapan lagi atuh, Bi? Ntar sore kan saya udah balik ke Jakarta," kataku memberikan alasan. Dan langsung dihadiahi dua jempol oleh Mang Subur.
"Ya sudahlah. Terserah A Noval aja. Jangan ngeluh cape tapinya ya. Apalagi yang mo perjalanan jauh gini."
"Asyiaaappp...!" Aku pun memberi hormat ala Atta Halilintar kepada Bi Isah dan membuatnya hanya geleng-geleng kepala saja.
Akhirnya, Bi Isah pun menyerah. Aku dan Mang Subur ber-tos ria dan segera berangkat ke TPI.
***
Baru saja sampai di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di daerah Pedes.Â