"Om...," Wajah Akbar tampak memelas. "Plis atuh lah. Bisa gak sih kita gak ngebahas lagi soal itu. Lagian, skateboard-nya juga udah patah dan rusak."
"Trus sekarang, beneran nih udah janji bakal jadi anak yang patuh dan taat kepada Mak Icih?" Sengaja kusindir terus anak laki-laki yang duduk di sebelahku ini. Maksudnya, biar dia kapok dan tidak usil lagi. Tapi yang ada Akbar malah mewek. Dengan suara yang tersendat-sendat, bocah kelas lima SD itu pun terisak-isak di hadapanku.
"Lha, ada apa nih? Tadi iseng ngagetin Om Noval, sekarang baru Om balas begitu aja udah mewek." Keningku berkerut melihat kelakuan ajaib tetangga depan rumah mendiang Aki ini.
"Iya. Abis, kalo Om Noval balik ke Jakarta, Akbar pasti akan kehilangan Om. Karena selama ini Akbar belum pernah merasakan memiliki seorang mamang."
Deg! Hati siapa pula yang tak terenyuh mendengar pengakuan langsung dari bocah iseng ini. Perlahan kutatap wajah bocah tertubuh tambun ini. Dan segera saja kupeluk dan Akbar pun makin menjadi-jadi tangisnya di dalam pelukanku.
"Ya, udah. Besok kita ke pantai yuk!"
Demi mendengar kata pantai, tiba-tiba saja tangisan Akbar pun berhenti dan berubah menjadi sebuah senyuman lebar dengan mata yang berbinar-binar.
"Beneran nih, Om? Kita ke Pantai Sedari aja ya. Eh, sekalian aja ajakin Tante Violet dan kucingnya si Sassy. Pasti tambah seru tuh."
Kini giliranku yang kebat-kebit tak karuan saat nama Sassy Violet terlontar dari mulut Akbar. Segera saja kuhela napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya seraya berkata, "Gak ah. Kita berdua aja. Kita pinjam motornya Kakek Subur. Ok?"
Terdengar dengusan "yaaah" dari bibir Akbar.
***