Aku hanya diam saja sambil jariku tetap bergerilya di sekitar wajahku.
"Hei, bisa tidak kauhentikan sejenak jarimu dari tubuhku!" Dari nada suaranya, sepertinya Si Jerawat Kecil itu tampak marah. Tapi mana aku peduli? Siapa suruh ia datang di saat tidak tepat?
"Well, aku cuma mo bilang kalo aku malu terus-menerus dikatai membututi tamu bulananmu itu." Akhirnya keluar juga hal yang kutunggu-tunggu dari Si Jerawat Kecil. Tapi...
"Hah? Apa maksudmu dengan membututi?" Kudekatkan wajahku ke cermin, saking kagetnya.
"Iya, aku malu. Abis, si tamu bulananmu itu selalu aja mengejekku sebagai pengekor. Setiap kali ia datang, aku pun pasti turut serta. Padahal kan aku datang itu juga efek perubahan hormonal dari dalam tubuhmu, bukan semata-mata keinginanku. Tapi ya itu, tamu bulananmu mana mau mengerti tentang hal itu. Yang ada ia malah suka sekali mengolok-olokku seperti itu," jeda sejenak. Si Jerawat Kecil tampak mengambil napas sebelum kembali bicara. "Eh, tapi kamu tenang aja. Kini aku udah bersumpah, kalo aku itu hanya akan datang setelah si tamu bulananmu itu pergi. Huh!" Si Jerawat sampai mendengus, saking kesalnya.
Hah? Oh! Huahahahaha... akhirnya hanya itu yang dapat kulalukan mendengar semua penjelasan Si Jerawat Kecil.
Aduh, Jerawat. Kamu teh aya-aya wae nya.
***
Pertama kali muncul di akun Instagram milik penulis: @alin_you, tertanggal 23 Januari 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H