Rea kaget. Kepalanya diarahkan ke Wiro. "Jadi kita akan mati, Bah?"
"Tah, kitu maksud Abah teh (Yah, itu maksud Bapak)."
"Tapi, kumaha dengan endok-endok ieu (Tapi, gimana dengan telur-telur ini)?"
"Antepkeun weh (Biarkan aja). Mereka rencananya hari ini mo nyemprot kita dengan insektisida racun kontak, bukan sistemik. Dan inceran mereka itu WBC dewasa. Jadi untuk sementara, endok-endok itu aman. Karena penyemprotan dengan racun sistemik baru akan dilakukan besok sore setelah melihat apakah kita pada mati ato henteu."
"Abah, Ambu takuuut...."
"Tenang weh (Tenang aja). Selama aya Abah di sisi Ambu, semoga kita berdua akan selamat (Selama ada Bapak di sisi Ibu, semoga kita berdua akan selamat)."
Akhirnya, Wiro dan Rea pun keluar dari sarang mereka--rimbunan batang padi di bagian bawah--dan perlahan terbang menuju arah sinar matahari di atas sana.
Sial, saat mereka telah mencapai pucuk padi, sebuah serangan dari hand sprayer yang dikendalikan oleh odong-odongnya Haji Akim tepat mengenai sepasang WBC itu. Seketika kedua wereng itu pun tewas dan jatuh kembali ke tanah bersama ratusan WBC lainnya yang berhasil dimusnahkan oleh pasukan Haji Akim bersama PPL.
Karawang, 24 Oktober 2016
****
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI