"Pokoknya bolak-balik Kang Willy, Hendra dan Jamal turun ke bawah ini untuk mengecek ada apa di ruang makan, tapi nyatanya nggak ada apa-apa. Setiap dicek, ruangan ini sepi dan hanya ada satu lampu yang menyala di dalam sini." Rudi menunjuk ke salah satu lampu di ruangan ini.
"Kamu nggak ikutan turun mengecek juga, Mang?"
Rudi kembali menggeleng. "Nggak berani. Takut."
"Ih, dasar penakut!" Ranti mencibir. Rudi diam saja. Bahkan terkesan tak peduli dengan ledekan Ranti. Suasana pun hening beberapa saat.
Tak berapa lama, Rudi mohon diri hendak pergi duluan kepada Ranti karena telah dipanggil-panggil oleh teman satu kelompoknya. Kini, hanya tinggal Ranti di meja itu.
Fuih! Ranti menghembuskan napas, berat. Hilang sudah selera makannya. Cerita pagi ini yang ia dengar langsung dari Rudi betul-betul telah membuatnya lemas dan tak bergairah. Padahal ini hari terakhir dan nanti siang pasca Jumatan acara penutupan diklat.
Perlahan, Ranti pun menggeser kursinya ke belakang. Rencananya ia hendak langsung ke kelas saja, daripada hanya bengong memandangi nasi goreng di piringnya yang masih lumayan banyak. Dan saat ditegakkannya kepala menatap ke arah pintu keluar.
"Aaahhh...!"
Sesosok manusia muka datar tengah menatapnya tajam.
***
Terinspirasi dari cerita teman saat diklat.