"Emang Tika belum ke sini?" Ranti balik bertanya.
"Kumaha, sih? Aku yang tanya, kenapa malah balik tanya?"
Ranti hanya mengedikkan bahunya. "Katanya sih tadi mau ngerjain tugas bareng kelompoknya sekalian sarapan."
"Ngerjain tugas di tempat rame begini?"
"Udahlah, kok malah ngebahas Tika? Jangan-jangan... ada cinlok di antara kalian? Hayu, ngaku!" Ranti menuding hidung Rudi -- si bujang lapuk -- dengan garpu yang ada di tangan kirinya. "Ingat atuh, Mang. Tika itu udah punya suami dan anak. Emang nggak bisa apa nyari yang masih gadis atau janda gitu?"
"Apaan, sih? Ngaco pisan." Rudi menepis tangan Ranti. "Aku teh tanya si Tika takut terjadi apa-apa ama dia."
"Maksudnya?" Ranti menghentikan gerakan tangannya yang telah siap menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Kamu udah dengar desas-desus tentang tempat pelatihan ini, kan?"
Ranti mengangguk. Ya, sejak kemarin ia telah mendengar dari beberapa instruktur tentang aneka kejadian aneh dan gaib yang sering terjadi di sini, terutama di mess peserta. Itu sebabnya semalam itu ia dan Tika dilanda kecemasan berlebih, terutama saat harus ke kamar mandi dan mengunci pintu kamar.
"Semalam dengar sesuatu nggak dari ruangan ini?" Ruang makan ini maksudnya.
Ranti menggeleng. "Emang ada apa dengan ruang makan tadi malam?"