Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Hati Andine

31 Juli 2016   14:57 Diperbarui: 15 Februari 2017   14:56 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan kini usia Andine genap lima belas tahun. Itu berarti ia masih harus menunggu dua tahun lagi untuk bisa mengajukan permohonan untuk tinggal bareng Sang Papa.

***

Dua tahun kemudian...

Terdengar grasa-grusu di luar kamar. Andine yang sedang berada di dalam kamar tidurnya hanya diam, pura-pura tidak tahu. Padahal ia tahu pasti, Mama, Om Mario--suami Mama kini dan Nando--adik tirinya, tengah mempersiapkan kejutan di malam ulang tahunnya.

Andine menghela napas, kemudian duduk bersila di tempat tidurnya sambil meletakkan guling di atas kakinya.

Tuhan, beberapa menit lagi usiaku akan genap tujuh belas tahun. Seperti janji Papa dan Mama dahulu, pada usia itu aku diperbolehkan untuk memilih. Memilih untuk tetap tinggal bersama Mama dan keluarga barunya, atau memilih tinggal bersama Papa yang masih betah sendiri walaupun telah berpisah dengan Mama belasan tahun.

Tuhan, aku telah lama menantikan hari ini. Telah lama pula aku menginginkan untuk tinggal bersama Papa, bahkan saat usiaku masih lima tahun. Tapi saat itu Mama tak mengizinkan. Alasan Mama, aku masih terlalu kecil dan Mama sangat mengawatirkan masa depanku. Fuih, khawatir soal apa, Ma? Aku sempat bertanya soal itu ke Mama. Dan alasan Mama malah membuatku ingin tertawa.

Ya, bagaimana tidak? Mama takut Papa takkan sanggup membiayai sekolah dan kehidupanku, karena Papa hanyalah seorang buruh pabrik rendahan.

Ya, Tuhan. Aku percaya pada-Mu. Aku juga percaya ke Papa, kalau beliau takkan pernah menelantarkan anak kandungnya sendiri. Apapun akan Papa usahakan untuk membahagiakanku. Dan aku percaya itu. Tapi Mama tidak. Itu sebabnya Mama memilih pisah sama Papa, karena Mama merasa Papa takkan bisa membahagiakannya.

Fuih! Kembali, Andine menghela napas. Kemudian telinganya menangkap kericuhan di luar kamar. Segera direbahkannya tubuhnya, pura-pura tertidur pulas. Dan saat pintu kamar terbuka...

"Suprise... Selamat ulang tahun, Anak Gadis Mama. Bangun dong, Sayang. Ini sweet seventeen kamu lho." Mama ternyata telah duduk di tepi ranjang dengan membawa sebuah kue black forest lengkap dengan dua lilin berangka satu dan tujuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun