Mohon tunggu...
Alin You
Alin You Mohon Tunggu... Insinyur - Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) • Penulis Amatir • Penyuka Fiksi • Penikmat Kuliner • Red Lover Forever • Pecinta Kucing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setoples Lidah Kucing Buat Aira

25 Juni 2016   15:06 Diperbarui: 15 Februari 2017   16:02 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oya. Aira mau Mama bikinin kue lidah kucing juga?"

Mata Aira kembali berbinar. "Mau, Ma," ujarnya sambil mengangguk mantap.

"Ya, udah. Kalo gitu sekarang Aira bobo. Nanti saat sahur, setoples lidah kucing buat Aira pasti udah tersedia di meja makan," janji Mama sambil memasukkan tiga loyang yang telah tercetak adonan lidah kucing ke dalam oven panggang yang masih menyala.

"Kalo Aira memilih temenin Mama di sini gimana?" Aira mengajukan opsi pilihan.

"Ya, nggak jadi Mama bikinin...." jawab Mama dengan santainya.

Aira pun bingung. Satu sisi ia kasihan melihat Mama harus bekerja seorang diri di pagi buta seperti ini. Tapi di sini lain, kegemarannya pada kue lidah kucing benar-benar tak bisa dicegah. Dengan berat hati akhirnya Aira memilih kembali ke kamarnya sambil tak lupa memberikan kecupan lembut di pipi mamanya.

"Aira tidur dulu ya, Ma."

***

Alarm hape Aira berbunyi tiga kali. Dan itu berarti waktunya bangun sahur. Segera ia keluar kamar menuju dapur. Eh, tapi kok dapur tampak gelap? Ah, mungkin Mama ketiduran saking capeknya memenuhi orderan kue lebaran.

Akhirnya, Aira membelokkan langkahnya menuju kamar Sang Mama. Dibukanya engsel pintu kamar mamanya yang tak pernah terkunci. Kemudian dinyalakannya lampu kamar dan tampaklah olehnya Mama yang masih tergolek di atas tempat tidur.

Aira pun mendekati mamanya seraya berbisik, "Mama, bangun sahur dulu, yuk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun