[caption caption="Sumber: pesonawafa.wordpress.com"][/caption]
Cerpen kolaborasi dari Tim JAW9
Manusia dilahirkan seperti sebuah kertas A3 yang putih bersih. Terkadang kita sendiri bingung, harus memulai dari mana? Membuat pola apa? Menggambar apa? Atau menulis saja, barang satu-dua kata?
Anita
Pagi yang cerah. Secerah hatiku dalam mengawali hari ini. Bayangan masa lalu yang kelam tak lagi aku gubris. Hidup sendiri pun bukan lagi hal yang ditakuti. Keluarga? Ah, peduli amat! Aku telah kehilangan semua itu bahkan sejak aku berusia dua puluh dua tahun. Sejak begitu seriusnya aku memikirkan masa depanku. Sejak aku disibukkan dengan Tugas Akhir (TA) kuliahku.
"Pokoknya aku minta cerai!"
Teriakan Mama di pagi buta itu membuatku tersentak. Ada apa ini? Tak ada hujan, tak ada badai, tiba-tiba saja Mama berteriak seperti itu. Dan saat keluar kamar, kulihat Mama telah menjinjing sebuah koper dengan raut muka sembab--sepertinya habis menangis.
"Mama hendak ke mana?" aku bertanya dengan ekspresi bingung. Sungguh, aku sama sekali tak tahu apa yang saat itu terjadi dengan orangtuaku.
"Kamu tanya aja sendiri sama laki-laki yang kamu panggil Papa itu."
Kembali terdengar teriakan Mama, dikuti dengan langkah kakinya yang terburu meninggalkan rumah untuk selamanya. Dan saat aku menatap Papa, tampak beliau bagai seorang terdakwa yang terbukti melakukan tindak kejahatan keji. Sehingga hukuman penjara dunia kurasa tak mampu menghapus kesalahan yang telah diperbuatnya terhadap istri dan anaknya.
"Oke, sekarang terserah kamu, Anita. Mau tetap tinggal bersama Papa... tapi dengan syarat, harus bisa menerima Om Juned untuk tinggal bersama kita juga."