Oke. Segala persiapan pun beres sudah. Kembali Rio mematut dirinya di depan cermin yang terpasang erat di depan pintu lemari pakaiannya.
"Perfekto! Saatnya beraksi!"
Setangkai mawar merah yang tergolek nyaris layu di atas meja kini berpindah tempat di antara gigi-gigi Rio yang amburadul. Mawar merah yang siang tadi sempat dicurinya dari halaman rumah Haji Sarmin, sepulangnya dari toko Ko Asui. Ah, untung saja rumah Haji Sarmin dalam keadaan kosong. Kalau tidak, habis sudah Rio dihajar Pak Haji yang terkenal kikir itu.
***
Meski belum ada perjanjian tertulis antara Rio dengan sang target operasi, tapi ia yang merasa percaya diri tingkat dewa kalau sang target tentunya ada di rumah kontrakan. Dan bermodal motor pinjaman, akhirnya dilajukannya kuda besi itu menuju rumah kontrakan target operasi.
Sampai di depan kontrakan sang target operasi.
"Cari Mbak Marisa ya, Mas?" sapa seorang ibu yang tinggal di sebelah rumah kontrakan target operasi, saat dilihatnya Rio hanya celingak-celinguk saja.
"Iya, Bu. Marisa-nya ada kan, Bu? Tapi kok rumahnya gelap ya?"
"Wah, si Mas telat. Baru saja Mbak Marisa dijemput Mas Yoga."
"Yoga?"