Kenal FLP Lewat "Akira, Muslim Watashi Wa”
Oleh : Alin You
Awal Kenal FLP
Sebenarnya aku telah lama tahu tentang FLP (Forum lingkar Pena), tepatnya saat aku masih mengenyam bangku kuliah di kota Padang. Saat itu aku berkunjung ke tempat kos seorang teman kampusku. Di dalam kamarnya ternyata menyimpan aneka buku yang sengaja kubongkar guna mengisi waktu senggangku di antara jadwal kuliahku yang nggak oke banget. Bayangkan saja! Pagi hari, pukul delapan aku ada jadwal kuliah. Namun pada pukul sepuluh kosong tak ada jadwal. Kemudian dilanjutkan lagi tepat pukul satu siang. Fuih! Dan berhubung rumahku memang jauh sekali dari kampus, akhirnya aku memilih ikut pulang ke tempat kos temanku yang lumayan dekat dari kampus.
Sambil tiduran di kasur, kucomot sebuah novel dari rak buku milik temanku itu. Novel berjudul 'Akira, Muslim Watashi Wa' yang ditulis oleh Helvi Tiana Rosa (HTR) sangat menarik minatku untuk membacanya. Sungguh terenyuh membaca isi novel tersebut, aku pun iseng membaca biodata si penulis yang ada di halaman belakang novel itu dan kudapati sebuah kata FLP (Forum Lingkar Pena). Aih, ternyata untuk bisa menulis sekeren itu memang ada wadahnya juga toh. Hm... Interesting!
Sayang, urusan kuliah yang begitu padat membuat rasa penasaranku akan FLP perlahan memudar. Sampai kemudian aku pun hijrah ke kota atlas Semarang, mengikuti tugas ayahku yang memang sering dipindahtugaskan ke kota-kota lain di Indonesia.
Sosok Hendra Veejay dan Muslimah
Lulus kuliah yang lumayan lama namun tetap jobless alias pengangguran, benar-benar membuatku stres juga. Sehari-hari hanya kuhabiskan di rumah saja, huwaaa... sungguh aktifitas yang sangat membosankan. Di tengah aktifitasku yang tak tentu itu, akhirnya aku pun iseng membeli majalah Muslimah untuk mengusir kebosanan.
Anehnya, setiap kali membaca cerpen-cerpen yang ada di majalah Muslimah itu, kembali kutemukan banyak penulis FLP yang mengisi rubrik itu. Salah satunya Hendra Veejay (HV). Hm... Rasa penasaranku pada FLP pun muncul lagi ke permukaan. Apalagi kini ditambah dengan sosok HV yang sering kali membuatku penasaran seperti apakah orangnya itu, sehingga karya-karyanya mampu menembus media cetak sekaliber Muslimah.
Beruntung sekali aku karena internet sudah ada pada saat itu, sehingga rasa penasaranku akan FLP itu dapat terlampiaskan lewat searching di internet untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai FLP. Dan akhirnya…. Yuhuu.... Kutemukan pula informasi tentang FLP Semarang, daerah terdekat bagiku untuk 'berilmu' di dunia tulis-menulis.
Segera saja kuhubungi kontak person yang terdapat di web FLP guna mencari tahu bagaimana aku bisa bergabung ke FLP Semarang. Singkat cerita, ketika ada perekrutan anggota baru, aku pun dihubungi. Sayang, beribu kali sayang. Belum sempat aku berkiprah di FLP Semarang, panggilan magang di Cianjur pun datang menghampiri. Terpaksa mimpi untuk mengenal FLP harus tertunda lagi.
FLP Bandung dan Karawang
Mungkin inilah yang dinamakan takdir Illahi. Pasca mengikuti magang selama tiga bulan di Cianjur, seorang teman sesama peserta pelatihan mengajakku ke Bandung untuk membuka usaha bersama di sana. Dengan berbekal izin dari orang tua, akhirnya aku pun hijrah ke kota yang terkenal sebagai Paris Van Java ini. Niat berbisnis batal, namun keinginanku untuk mengenal FLP lebih dekat akhirnya terwujud sudah.
Berbekal dari informasi yang kubaca di Harian Radar Bandung, akhirnya aku tahu di mana tempat berkumpulnya anak-anak FLP Bandung. Di selasar Timur mesjid Salman saban Kamis ba’da Ashar, itulah jadwal rutin pertemuan aktifis pena FLP Bandung. Dan tepat di pertengahan tahun 2005, aku resmi bergabung dengan FLP Bandung. Alhamdulillah, alangkah senang hatiku.
Selama bergabung di FLP Bandung, aku akhirnya berkesempatan dapat mengenal sosok Hendra Veejay (HV) yang selama ini kukagumi. Jujur kuakui, sosok HV memang membuatku penasaran karena karya-karyanya yang sering kali nongol di Majalah Muslimah favoritku. Tahukah kalian, beliau (Hendra Veejay, red) itu pernah menjadi mentor menulisku lho! Dan berkat bimbingannya jualah, dua cerpenku akhirnya berkesempatan dimuat di media cetak. Ah, sungguh aku merindukan masa-masa itu.
Kini aku berada di Karawang, kota pangkal perjuangan, tepatnya di awal tahun 2007. Sungguh aku tak tahu kalau ternyata FLP pun sudah menjangkau kota ini. Aku mengetahui FLP Karawang dari sebuah jejaring sosil bernama Facebook (FB). Saat itu aku membaca sebuah informasi tentang Musyawarah Wilayah (Muswil) FLP Jawa Barat yang akan diadakan di Karawang sekitar bulan Juni 2011.
Hei, kerinduanku bertemu teman-teman yang memiliki satu hobi yang sama di bidang literasi terlampiaskan lagi. Setelah hampir empat tahun lamanya aku vakum, akhirnya hobi lamaku itu tersalurkan kembali. Alhamdulillah, ya Allah. Sebuah senyum pun tersungging manis di bibirku saat itu. Kesempatan emas ini takkan kusia-siakan lagi. Jujur aku sudah sangat gatal untuk menggerakkan penaku. Bayangan akan mimpi lama yang sempat terkubur itu bangkit lagi. Ya, aku ingin menjadi penulis.
Berbekal tekat baja itu, mulailah aku bergerilya mencari informasi tentang keberadaan FLP di kotaku. Kuhubungi beberapa teman FLP-ku di Bandung. Akhirnya lewat kemurahan hati ketua FLP Bandung yang saat itu dijabat oleh Dedi Setiawan, kontak person – saat itu Dedi memberiku nomor handpdone Dika Pramana selaku ketua FLP Karawang – aku berhasil kembali masuk ke dalam lingkungan FLP yang memang sangat kucintai.
Pada bulan April 2011 itulah aku pertama kalinya bergabung di FLP Karawang. Sebuah SMS dari sang ketua yang mengundangku hadir pada pertemuan rutin FLP kala itu kusambut dengan penuh sukacita. Entahlah. Ada kekuatan apa yang melekat pada diri FLP sebagai salah satu organisasi kepenulisan di negeri ini, aku seperti tak pernah mampu melepaskan diri dari pesonanya.
Terus Berlatih Menulis dan Membaca
Bila kau bertanya apa yang telah kuhasilkan selama bergabung di FLP, makanya aku hanya bisa berkata, “Belum banyak!” Tapi percayalah, aku akan terus belajar, menulis, membaca, tiada henti. Wadah pembelajaran yang telah disediakan FLP itu takkan pernah kusia-siakan.
Jujur kuakui, aku ini memang masih tergolong penulis moody, yang hanya akan menulis bila mood-ku sedang bagus dan itu tak bisa dikatakan setiap hari. Ya, aku memang membutuhkan wadah serta dukungan dari teman-teman yang sangat memahami dunia ini. Karena tanpa itu semua, mungkin aku akan kembali vakum lagi. Fuih! Sungguh sulit bagiku untuk mendisiplinkan diri menulis setiap hari seperti yang sudah dicontohkan oleh banyak penulis senior.
Banyak orang yang bilang, “FLP itu hanya sebagai wadah, yang menentukan keberhasilan dalam meraih impianmu sebagai seorang penulis itu terletak dalam genggaman tanganmu sendiri.”
Ok, nasihat itu takkan kubantah. Namun ingat, jangan pernah kau lupakan Tuhanmu. Karena bagaimana kerasnya engkau merusaha meraih mimpimu, tetap saja takdir Allah jualah yang menentukan segalanya. Kini, hanya tekat baja yang coba kutanamkan dalam diriku untuk terus berlatih menulis dan memperbanyak membaca untuk menambah wawasanku. Jika memang Allah menakdirkanku sebagai penulis, insya Allah niat itu akan terwujud. Namun bila tidak, tetap semangat dalm menghadapi hidup ini. Ganbatte!!!
***
Karawang, 3 Februari 2012
At the over mid night!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H