Mohon tunggu...
Muhammad Ali Muzni
Muhammad Ali Muzni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Hobi bermain basket

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Negara Kaya Namun Minim Literasi

26 September 2022   10:38 Diperbarui: 26 September 2022   11:04 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Minimnya minat baca masyarakat juga dapat disebabkan karena adanya pola pikir masyarakat yang berpikir bahwa membaca dan menulis itu adalah sebuah hobi, yang dimana sebuah hobi artinya tidak semua orang harus menyukai atau melakukan kegiataan itu, dengan kata lain membaca dan menulis itu bukanlah sebuah keharusan, namun sekedar hobi yang dilakukan oleh beberapa orang yang menyukainya.

Selain itu terdapat pula pola pikir masyarakat yang berkata bahwa membaca buku itu merupakan hal yang kuno, karena sekarang segala informasi dapat dicari dan diketahui dengan melalui alat-alat elektronik seperti laptop, handphone, dsb.  

Selain itu masyarakat lebih memilih handphone karena handphone lebih efisien waktu dalam hal proses pencarian informasi dan tempat dalam hal tempat penyimpanan bendanya. Lalu membaca buku dan mencari informasi dianggap menjemukan dibandingkan bermain handphone, karena melalui handphone mereka juga dapat melalukan hal lain selain mencari informasi, seperti membuka media sosial, melihat video yang dianggap menarik, dan juga bermain game.

Saya memiliki beberapa contoh dari rendahnya literasi yang terjadi di Indonesia. Pertama, banyaknya jumlah berita hoax di masyarakat, yang sangking banyaknya berita hoax itu hingga mengakibatkan setidaknya 30% sampai hampir 60% masyarakat Indonesia terpapar hoax saat membuka sosial media,  yang dimana dari angka yang relatif besar tersebut hanya 21% sampai 36% saja yang mampu mengenali hoax. 

Selebihnya ya anda sekalian tau semua apa yang terjadi, ditambah lagi dengan para mak-mak yang semakin "membumbui" berita hoax tersebut dari mulut ke mulut yang membuat berita hoax tersebut semakin panas dan tenar. Padahal berita hox tersebut dapat ditangkal melalui adanya literasi media pada diri sendiri.

Kedua, Indonesia merupakan negara yang "cerewet" di media sosial. Hal ini dapat dilihat dari Jakarta memiliki aktivitas kicauan dari akun Twitter yang paling padat melebihi Tokyo dan New York, dengan tercatat bahwa lebih dari 10 juta tweet per hari. Waw, impresif. 

Ke-cerewet-an ini tadi dituangkan dalam kata-kata yang sebneranya tidak terlalu perlu untuk dikeluarkan atau dituliskan, dan juga komentar-komentar nyeleneh yang terkadang tidak berhubungan sama sekali dengan konten yang diberikan.

Lalu untuk yang ketiga saya mengambil dari sekitar saya. Saya sebagai pelajar tentunya mendapatkan tugas yang dimana tugas tersebut pasti memiliki deadlinenya masing-masing. Contoh dari rendahnya literasi terletak pada beberapa anak yang terkadang masih menanyakan kapan deadline tugas? Apakah tugas yang harus dikerjakan? Yang mana saja yang harus dikerjakan? 

Padahal jelas-jelas keterangan-keteragan itu tertera jelas pada beranda tempat pemberian tugas. Inilah contoh nyata dari pentingnya membaca dan memahami bacaan.

Untuk mengatasi fenomena rendahnya literasi di Indonesia ini dapat dengan penanaman rasa gemar membaca sejak dini, pengubahan pola pikir bahwa berliterasi itu bukanlah kuno melainkan keren dan unik, dan juga mencari lingkungan baru yang dirasa dapat mendukung dalam berliterasi jikalau sekiranya lingkungan yang lama dirasa sudah sangat tidak bias membantu dalam proses berkembangnya literasi dalam diri kita.

Sekian dari saya, terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun