Ali Mutaufiq., S.E., M.M., CAIA., CODS
Pendahuluan
Dalam ajaran Islam, menjaga hati dan pikiran adalah hal yang sangat penting karena keduanya merupakan sumber dari segala tindakan manusia. Hati adalah tempat segala niat dan perasaan, sedangkan pikiran merupakan ruang bagi pemahaman, pengetahuan, dan keputusan. Oleh karena itu, menjaga hati dan pikiran dari hal-hal yang dapat merusaknya adalah bagian integral dalam kehidupan seorang Muslim. Salah satu cara untuk menjaga hati dan pikiran adalah dengan ma'rifat (pengetahuan yang mendalam tentang Allah) yang dilihat dalam perspektif Azd-Zdari'ah, yang menggabungkan aspek spiritual dan intelektual dalam memahami ajaran Islam.
Ma'rifat dalam Perspektif Azd-Zdari'ah
Azd-Zdari'ah adalah sebuah konsep yang lebih mengarah pada pemahaman tentang tindakan preventif atau langkah-langkah yang diambil untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan dalam agama dan kehidupan sehari-hari. Perspektif ini berfokus pada pentingnya menjaga hal-hal yang dapat mengarah kepada keburukan atau penyimpangan, baik dalam hal pikiran, perasaan, maupun tindakan. Konsep ini memiliki kesamaan dengan kaidah fiqh yang dikenal dengan istilah sadd al-zara'i (penutupan jalan menuju kerusakan), yang dalam konteks ini berkaitan dengan menjaga hati dan pikiran agar tetap terjaga dari hal-hal yang dapat mengganggu ketenangan rohani dan intelektual seseorang.
Pentingnya Ma'rifat dalam Menjaga Hati dan Pikiran
- Pemahaman Hati dalam Islam
Hati (qalb) dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat penting. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:
"Ingatlah bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik, dan jika ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Itulah hati." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa hati adalah pusat dari segala niat dan perasaan, yang jika tidak dijaga dengan baik akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang. Dengan ma'rifat yang benar, seorang Muslim dapat mengarahkan hati dan pikirannya untuk selalu dekat kepada Allah dan menghindari perasaan dan niat buruk.
- Pentingnya Pengetahuan dalam Menjaga Pikiran
Pikiran atau akal (aql) merupakan instrumen untuk berpikir, menganalisis, dan memahami kebenaran. Dalam Islam, akal harus digunakan untuk memahami wahyu Allah dan mengikuti petunjuk-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal." (QS. Ali Imran: 190)
Ayat ini menunjukkan bahwa akal adalah alat untuk merenung dan mengambil pelajaran dari ciptaan Allah. Dengan pemahaman yang mendalam (ma'rifat) terhadap ayat-ayat-Nya, seorang Muslim dapat menjaga pikiran dari hal-hal yang merusak iman dan akhlak.
- Pengaruh Ma'rifat terhadap Tindakan dan Akhlak
Ma'rifat yang mendalam terhadap Allah dan ajaran-Nya akan mendorong seseorang untuk menjaga akhlak dan perilaku yang baik. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 168)
Pengetahuan yang benar tentang Allah, ajaran-Nya, dan peringatan-Nya akan menghindarkan seorang Muslim dari godaan setan yang dapat merusak hati dan pikiran, seperti kebencian, iri hati, dan keinginan untuk berbuat maksiat. Dengan demikian, ma'rifat akan menjaga seseorang tetap di jalan yang lurus, baik dalam hati maupun dalam pikiran.
Pendapat Para Ulama tentang Menjaga Hati dan Pikiran
- Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya' Ulumuddin menekankan pentingnya menjaga hati dari penyakit-penyakit hati seperti riya', ujub, dan kesombongan, yang dapat merusak ma'rifat seseorang terhadap Allah. Beliau mengatakan, "Hati yang bersih akan memudahkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang benar dan mendapatkan kedekatan dengan Allah."
- Ibnu Taimiyyah juga memberikan penekanan pada pentingnya akal dalam beribadah dan menjaga hati. Dalam karya beliau Al-Fatawa, beliau menjelaskan bahwa akal yang sehat dan hati yang bersih adalah dua unsur utama yang membimbing seseorang untuk menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
- Imam An-Nawawi dalam Riyadh as-Salihin juga mengingatkan pentingnya menjaga hati dari perasaan iri dan hasad, karena kedua perasaan tersebut dapat mengotori hati dan merusak pikiran seseorang. Beliau mengajarkan bahwa ma'rifat kepada Allah adalah obat terbaik untuk membersihkan hati dan menjaga pikiran dari segala hal yang merusak.
Kesimpulan
Menjaga hati dan pikiran adalah salah satu kewajiban seorang Muslim, yang dapat dilakukan dengan meningkatkan ma'rifat (pengetahuan yang mendalam) tentang Allah dan ajaran-Nya. Dalam perspektif Azd-Zdari'ah, menjaga hati dan pikiran berarti mengambil langkah-langkah preventif untuk menutup jalan-jalan yang dapat mengarah kepada kerusakan, baik dalam hal niat, perasaan, maupun tindakan. Dengan memperdalam pengetahuan (ma'rifat), seorang Muslim dapat menjaga hatinya dari penyakit-penyakit hati, serta melindungi pikirannya agar tetap pada jalan yang benar. Hal ini merupakan bagian dari menjaga kehidupan spiritual dan intelektual yang sehat, yang akan membawa seseorang lebih dekat kepada Allah dan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Referensi:
- Al-Qur'an, QS. Ali Imran: 190.
- Al-Qur'an, QS. Al-Baqarah: 168.
- Imam Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin.
- Ibnu Taimiyyah, Al-Fatawa.
- Imam An-Nawawi, Riyadh as-Salihin.
- Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H