Ali Mutauufiq., S.E., M.M., CAIA.,CODS
Di sebuah kota kecil yang terletak di antara bukit-bukit hijau, hiduplah sekelompok anak muda dari Generasi Z yang memiliki pandangan hidup yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka adalah Zaki, Rina, Dika, dan Lara, yang tergabung dalam sebuah komunitas sosial bernama Muda untuk Negeri. Komunitas ini lahir dari rasa kepedulian terhadap kondisi sosial dan ekonomi di sekitar mereka yang semakin terjerat kesenjangan.
Zaki, sang ketua komunitas, memiliki mimpi besar untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat. Dia tahu bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, bukan hanya kekayaan materi yang diperlukan, tetapi juga ketulusan hati yang mampu menyentuh setiap jiwa. Zaki sangat percaya pada kekuatan kolaborasi dan solidaritas. Ia selalu berkata, "Kesejahteraan bukan hanya soal uang, tetapi soal bagaimana kita saling memberi dan berbagi."
Meskipun usianya baru menginjak 20 tahun, Zaki sudah banyak belajar tentang kehidupan. Ia sering kali mengingat pesan-pesan yang ia baca dalam Al-Qur'an, yang mengajarkannya tentang pentingnya saling membantu sesama. Salah satunya adalah ayat yang selalu menginspirasinya:
"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, dan pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji."(QS. Al-Baqarah: 261)
Zaki selalu merasa bahwa kebaikan sekecil apapun, jika dilakukan dengan niat tulus, akan membawa manfaat yang jauh lebih besar. Bersama teman-temannya, ia mulai menjalankan berbagai program sosial, mulai dari memberikan beasiswa kepada anak-anak kurang mampu hingga menyelenggarakan pelatihan keterampilan bagi ibu-ibu rumah tangga.
Rina, yang memiliki keahlian di bidang desain grafis, membantu membuat poster dan kampanye media sosial untuk menarik perhatian masyarakat. Dika, yang mahir dalam bidang digital marketing, bekerja keras untuk mempromosikan program-program komunitas melalui berbagai platform online. Sedangkan Lara, yang memiliki passion di bidang pendidikan, bertugas untuk mengajar dan berbagi ilmu kepada anak-anak muda yang ingin belajar keterampilan baru.
Suatu hari, mereka merencanakan sebuah acara besar untuk membantu masyarakat yang kesulitan akibat pandemi. Zaki dan timnya merencanakan untuk menggalang dana melalui platform online dan juga mengundang berbagai relawan untuk turun langsung ke lapangan. Namun, tidak sedikit yang meragukan kemampuan mereka. "Bagaimana mungkin anak-anak muda seperti kalian bisa mengubah segalanya?" kata salah seorang pengusaha di kota mereka.
Namun, Zaki dan timnya tidak gentar. Mereka percaya pada kekuatan ketulusan dan semangat berbagi. Mereka merujuk pada sebuah hadis yang selalu menguatkan mereka:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuhmu dan tidak pula rupa parasmu, tetapi Dia melihat hati dan amalmu."(HR. Muslim)
Dengan hati yang tulus dan tekad yang kuat, mereka mulai menggalang dana dan mempersiapkan segala sesuatu dengan sepenuh hati. Mereka bekerja keras, bukan untuk mendapatkan pujian, tetapi untuk merasakan kebahagiaan karena telah membantu sesama.
Hari acara pun tiba, dan dengan penuh semangat mereka membagikan bantuan kepada keluarga yang membutuhkan. Ada yang mendapatkan sembako, ada juga yang menerima pelatihan untuk mengembangkan usaha kecil mereka. Wajah-wajah yang sebelumnya suram kini terlihat cerah karena bantuan yang datang dengan tulus. Tidak hanya materi yang mereka beri, tetapi lebih dari itu, mereka memberi harapan dan kepercayaan bahwa kebaikan masih ada di dunia ini.
Di tengah-tengah keramaian acara, Zaki berdiri sejenak, merenung. Ia teringat kata-kata yang pernah diucapkan oleh seorang ustazah yang menjadi mentor hidupnya:
"Sedekah yang paling mulia adalah sedekah yang dilakukan dengan hati yang ikhlas, tanpa mengharapkan balasan dari siapapun selain Allah."
Zaki merasa bahwa acara ini bukan hanya tentang pemberian fisik semata, tetapi tentang bagaimana mereka saling berbagi kebahagiaan, memberi inspirasi, dan membangkitkan semangat untuk bersama-sama menciptakan kesejahteraan.
Hari itu menjadi bukti bahwa ketulusan hati Generasi Z tidak hanya mampu menciptakan dampak positif dalam skala kecil, tetapi juga dapat mewujudkan kesejahteraan bersama. Mereka tidak hanya mengandalkan teknologi dan media sosial, tetapi juga menggerakkan kekuatan hati dan kepedulian.
Refleksi
Ketulusan hati adalah salah satu kunci untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sebagai generasi muda, kita tidak hanya dibekali dengan teknologi yang canggih, tetapi juga dengan tanggung jawab untuk berbagi dan membantu sesama. Dalam Al-Qur'an, kita diajarkan untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan, bukan dalam kemaksiatan dan permusuhan.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan."(QS. Al-Ma'idah: 2)
Hadis Rasulullah SAW juga mengajarkan kita untuk selalu membantu sesama dengan tulus:
"Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan seorang mukmin dari kesusahan dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya kesusahan pada hari kiamat."(HR. Muslim)
Ketulusan hati Gen Z dalam mewujudkan kesejahteraan bersama menjadi cermin bahwa meskipun zaman berubah, nilai-nilai kebaikan tetap abadi. Dengan niat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh, Generasi Z dapat membawa perubahan positif bagi dunia, menciptakan masa depan yang lebih baik dan sejahtera untuk semua.
Referensi:
- Al-Qur'an Surah Al-Baqarah, 261
- Hadis Rasulullah SAW, HR. Muslim
- Al-Qur'an Surah Al-Ma'idah, 2
- Hadis Rasulullah SAW, HR. Muslim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H