Mohon tunggu...
Ali Mutaufiq
Ali Mutaufiq Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan

Menulis Artikel kehidupan dan Umum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Bumi dan Ekonomi: Strategi Untuk Mewujudkan Green Economy yang Inklusif dan Berkelanjutan

21 November 2024   07:11 Diperbarui: 21 November 2024   07:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ali Mutaufiq

Pendahuluan

Green economy atau ekonomi hijau merupakan pendekatan pembangunan yang menekankan pada keselarasan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Konsep ini telah menjadi salah satu fokus utama dalam upaya global untuk mengatasi krisis iklim, mengurangi kemiskinan, dan mencapai pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Menurut UNEP (2011), ekonomi hijau adalah ekonomi yang menghasilkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sambil secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis. Ekonomi hijau menjadi solusi untuk mendukung pemulihan ekonomi global pasca-pandemi serta menjawab tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.

Kerangka Teoritis

  1. Triple Bottom Line (TBL)

Elkington (1997) mengembangkan konsep TBL yang mencakup tiga pilar utama: ekonomi, lingkungan, dan sosial. TBL menjadi landasan untuk menilai keberlanjutan suatu kegiatan ekonomi dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang pada ekosistem dan masyarakat.

  1. Circular Economy (Ekonomi Sirkular)

Konsep ekonomi sirkular bertujuan untuk mengurangi limbah dengan memaksimalkan penggunaan kembali, daur ulang, dan pemanfaatan material dalam siklus produksi (Ellen MacArthur Foundation, 2013). Ekonomi hijau dapat berfungsi lebih baik dengan pendekatan ini, karena mengurangi eksploitasi sumber daya alam dan mengoptimalkan efisiensi produksi.

  1. Teori Keberlanjutan

Teori ini berfokus pada bagaimana sumber daya digunakan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Brundtland Report, 1987).

Tantangan dalam Mewujudkan Ekonomi Hijau

  1. Kesenjangan Ekonomi dan Sosial

Banyak negara berkembang menghadapi tantangan dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan karena keterbatasan sumber daya dan infrastruktur. Hal ini berpotensi memperbesar kesenjangan antara negara maju dan berkembang.

  1. Perubahan Perilaku Konsumen

Implementasi ekonomi hijau membutuhkan perubahan perilaku konsumen ke arah yang lebih sadar lingkungan. Namun, perubahan ini seringkali menghadapi hambatan budaya dan edukasi.

  1. Kerangka Kebijakan

Regulasi yang belum terpadu dan terbatasnya insentif untuk mendukung inovasi hijau menjadi kendala utama dalam transisi menuju ekonomi hijau.

Strategi untuk Ekonomi Hijau yang Inklusif dan Berkelanjutan

  1. Mendorong Inovasi Teknologi Hijau

Pemerintah dan sektor swasta harus berkolaborasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Misalnya, investasi pada energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.

  1. Meningkatkan Literasi dan Kesadaran Lingkungan

Edukasi menjadi kunci untuk mengubah pola pikir masyarakat dan pelaku bisnis agar lebih peduli terhadap keberlanjutan. Kampanye publik, kurikulum pendidikan, dan program pelatihan dapat menjadi langkah awal.

  1. Kebijakan Insentif

Pemerintah dapat memberikan insentif seperti pajak karbon, subsidi untuk energi bersih, atau penghargaan bagi perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan.

  1. Kemitraan Publik-Privat (Public-Private Partnership)

Sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil diperlukan untuk mengintegrasikan ekonomi hijau dalam setiap sektor. Misalnya, pembangunan infrastruktur hijau atau pengelolaan limbah berbasis komunitas.

  1. Pendekatan Inklusif

Program ekonomi hijau harus dirancang agar inklusif, memastikan bahwa kelompok marginal seperti petani kecil, nelayan, dan masyarakat adat turut menikmati manfaat ekonomi hijau.

Kesimpulan

Ekonomi hijau bukan hanya pilihan, melainkan kebutuhan untuk masa depan yang lebih baik. Strategi seperti inovasi teknologi, peningkatan literasi lingkungan, kebijakan insentif, dan kemitraan dapat menjadi langkah nyata dalam mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan komitmen kolektif, kita dapat menjaga bumi sekaligus menciptakan kesejahteraan yang merata.

Referensi

  1. UNEP. (2011). Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication. United Nations Environment Programme.
  2. Elkington, J. (1997). Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Business.
  3. Ellen MacArthur Foundation. (2013). Circular Economy Concept.
  4. Brundtland, G. H. (1987). Our Common Future: The World Commission on Environment and Development.
  5. IPCC. (2022). Climate Change 2022: Mitigation of Climate Change.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun