Ali Mutaufiq
Pendahuluan
Di era digital yang terus berkembang, pemasaran melalui media sosial telah menjadi salah satu strategi utama dalam membangun brand awareness (kesadaran merek) dan memperluas jangkauan pasar. Platform sosial media seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok memberikan peluang besar bagi perusahaan dan pelaku usaha untuk berinteraksi langsung dengan audiens mereka. Hal ini sangat penting, mengingat konsumen semakin banyak mencari informasi dan bertransaksi secara online.
Namun, dalam menjalankan pemasaran digital, penting untuk memperhatikan nilai-nilai etika dan prinsip-prinsip yang bersumber dari ajaran Islam, salah satunya dalam perspektif Azd-Zdari'ah (perencanaan strategis yang menghindari mudarat dan mendorong maslahat). Dalam perspektif ini, pemasaran digital tidak hanya dilihat dari sisi keuntungan duniawi, tetapi juga harus memperhatikan prinsip keadilan, kejujuran, dan kebermanfaatan bagi masyarakat.
Artikel ini akan membahas bagaimana membangun brand awareness dengan pemasaran digital melalui platform media sosial, serta bagaimana hal ini sejalan dengan prinsip Azd-Zdari'ah dalam perspektif Islam, didukung oleh data, ayat-ayat Al-Qur'an, hadis, dan referensi lainnya.
Brand Awareness dan Pemasaran Digital: Fenomena Global
Menurut laporan We Are Social (2023), jumlah pengguna internet di seluruh dunia mencapai lebih dari 5,07 miliar orang, dan lebih dari 4,76 miliar orang aktif menggunakan media sosial. Di Indonesia, lebih dari 170 juta orang aktif menggunakan platform media sosial pada 2023 (We Are Social, 2023). Dengan angka yang sangat besar ini, pemasaran digital di media sosial menjadi sangat efektif dalam menjangkau audiens yang lebih luas. Dalam konteks bisnis, pemasaran digital melalui media sosial bukan hanya tentang menjual produk, tetapi juga membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dan menciptakan kesadaran merek.
Brand awareness atau kesadaran merek adalah tahap pertama dalam perjalanan konsumen menuju keputusan pembelian. Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, perusahaan bisa memanfaatkan platform tersebut untuk memperkenalkan merek mereka kepada audiens yang lebih luas, memberikan informasi yang relevan, dan mengedukasi konsumen tentang produk atau layanan yang mereka tawarkan.
Prinsip Azd-Zdari'ah dalam Pemasaran Digital
Azd-Zdari'ah adalah konsep yang berasal dari prinsip maqasid al-shariah (tujuan-tujuan syariat), yang menekankan pada upaya mencegah mudarat (kerugian) dan mendorong maslahat (kebaikan) bagi umat. Dalam konteks pemasaran digital, prinsip ini mengajarkan bahwa setiap tindakan dalam bisnis, termasuk pemasaran, harus memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat secara luas.
Beberapa prinsip Azd-Zdari'ah yang relevan dalam pemasaran digital adalah:
- Menghindari Mudarat (Kerugian)
Pemasaran digital harus dijalankan dengan cara yang tidak merugikan konsumen atau masyarakat. Ini berarti menghindari penipuan, promosi yang tidak jujur, serta manipulasi informasi yang dapat menyesatkan. Dalam konteks ini, prinsip al-darar yuzal (kerugian harus dihilangkan) sangat penting. Pemasaran yang transparan, jujur, dan berbasis pada fakta akan menciptakan kepercayaan antara perusahaan dan konsumen, yang pada akhirnya dapat membangun brand awareness yang positif.
- Mendorong Maslahat (Kebaikan)
Pemasaran digital harus memberikan manfaat bagi konsumen dan masyarakat. Misalnya, perusahaan yang mempromosikan produk atau layanan yang bermanfaat bagi kesehatan, pendidikan, atau kesejahteraan masyarakat akan mendorong maslahat. Dalam konteks media sosial, perusahaan dapat menggunakan platform ini untuk berbagi pengetahuan yang berguna, memberikan edukasi, atau mempromosikan nilai-nilai kebaikan. Hal ini sejalan dengan prinsip al-masalih (kebaikan untuk umat) yang mengarahkan bahwa pemasaran harus membawa manfaat yang positif bagi semua pihak.
- Transparansi dan Kejujuran
Dalam pemasaran digital, kejujuran adalah hal yang tidak bisa ditawar. Hal ini juga sesuai dengan prinsip siddiq (kejujuran) dalam Islam. Tidak hanya dari sisi penyampaian informasi produk, tetapi juga dalam hal harga dan kualitas yang ditawarkan. Menghindari klaim palsu dan mempromosikan produk sesuai dengan kenyataannya sangat penting untuk menjaga kepercayaan audiens dan membangun hubungan yang langgeng. - Memperhatikan Aspek Etika dalam Berinteraksi
Media sosial adalah tempat interaksi antara perusahaan dan audiensnya. Oleh karena itu, penting untuk menjaga etika komunikasi, seperti saling menghargai, tidak menyebar kebencian, serta menghindari konten yang merugikan atau meresahkan. Islam mengajarkan pentingnya adab dan etika dalam berkomunikasi, seperti yang tercantum dalam banyak ayat Al-Qur'an dan hadis.
Pemanfaatan Platform Media Sosial dalam Perspektif Azd-Zdari'ah
Platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok, dapat dimanfaatkan untuk membangun brand awareness secara efektif. Namun, penting untuk menerapkan prinsip Azd-Zdari'ah agar penggunaan media sosial ini memberikan manfaat yang maksimal tanpa menimbulkan mudarat. Berikut beberapa cara pemanfaatan media sosial dalam perspektif Azd-Zdari'ah:
1. Membangun Hubungan yang Sehat dengan Audiens
Membangun brand awareness yang baik dimulai dengan menciptakan hubungan yang positif dengan audiens. Dalam hal ini, komunikasi yang terbuka, jujur, dan berbasis pada nilai-nilai Islam akan memberikan dampak yang lebih baik. Dalam surat Al-Hujurat (49:11), Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mencemooh kaum yang lain, boleh jadi mereka yang dicemooh lebih baik dari mereka yang mencemooh..."
Ayat ini mengajarkan kita untuk menghargai orang lain dan menjaga etika dalam berkomunikasi. Dalam pemasaran digital, ini berarti menjaga sikap saling menghormati, menghindari konten yang dapat menyinggung perasaan orang lain, serta memastikan bahwa komunikasi yang dilakukan melalui media sosial tidak merugikan pihak manapun.
2. Menggunakan Media Sosial untuk Edukasi dan Sosialisasi
Perusahaan dapat menggunakan media sosial sebagai platform untuk memberikan edukasi yang bermanfaat kepada audiens. Ini bisa berupa konten yang mengedukasi tentang produk, tips penggunaan yang benar, atau bahkan informasi terkait masalah sosial yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Sebagai contoh, banyak perusahaan yang menggunakan Instagram untuk berbagi informasi seputar kesehatan, lingkungan, dan gaya hidup yang positif.
Dalam hal ini, sesuai dengan prinsip al-masalih (kebaikan), pemasaran melalui media sosial harus memberi nilai tambah bagi audiens, bukan hanya sekedar promosi produk. Salah satu contoh edukasi yang baik adalah ketika perusahaan memberikan panduan penggunaan produk yang aman atau berbagi pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan.
3. Kepatuhan terhadap Prinsip Kejujuran dalam Pemasaran
Prinsip kejujuran dalam pemasaran sangat ditekankan dalam Islam. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:
"Penjual dan pembeli berhak untuk membatalkan jual beli selama mereka belum berpisah, dan jika keduanya jujur dan menjelaskan (keadaan barang), maka jual beli mereka diberkahi." (HR. Tirmidzi)
Pemasaran digital harus berdasarkan pada kejujuran, yakni dengan menyampaikan informasi yang benar tentang produk dan tidak mengada-ada. Hal ini akan menciptakan rasa saling percaya antara merek dan konsumen, yang pada gilirannya akan membangun brand awareness yang lebih kuat dan positif.
Kesimpulan
Pemasaran digital melalui media sosial menawarkan banyak peluang untuk membangun brand awareness dan memperluas jangkauan pasar. Namun, untuk memastikan bahwa pemasaran ini memberikan manfaat yang besar dan tidak menimbulkan kerugian, prinsip-prinsip Azd-Zdari'ah dalam Islam harus diterapkan. Prinsip ini mengajarkan kita untuk menghindari mudarat, mendorong maslahat, dan bertindak dengan kejujuran serta transparansi.
Dengan memanfaatkan media sosial secara etis dan bermanfaat, perusahaan dapat menciptakan brand awareness yang positif, meningkatkan loyalitas pelanggan, serta berkontribusi pada kebaikan dan maslahat bagi masyarakat. Melalui pendekatan yang sesuai dengan ajaran Islam, pemasaran digital tidak hanya menguntungkan dari segi bisnis, tetapi juga memberikan dampak positif yang lebih luas.
Referensi:
- We Are Social. (2023). Digital 2023: Indonesia Report.
- Tirmidzi, J. (n.d.). Sunan Tirmidzi, Hadis No. 1266.
- Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2021). Statistik Pengguna Internet Indonesia.
- Al-Qur'an, Surat Al-Hujurat (49:11).
- Al-Qur'an, Surat Al-Baqarah (2:286).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H