Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya."(HR. Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan bahwa pemahaman diri yang sejati hanya dapat dicapai dengan terlebih dahulu memahami hubungan kita dengan Allah SWT. Dengan memahami agama kita, kita akan dapat memandang dunia ini dengan perspektif yang benar, termasuk dalam memahami orang lain.
2. Menjaga Jiwa (Hifz an-Nafs): Kesehatan Mental dan Emosional
Maqashid syariah juga mengajarkan pentingnya menjaga jiwa (ruh) dan kesehatan mental. Sebelum kita bisa memahami orang lain dengan baik, kita perlu memahami diri kita secara emosional dan psikologis. Mengelola emosi, mengenali kelemahan dan kelebihan, serta berusaha untuk meningkatkan kualitas diri adalah bagian dari menjaga jiwa.
Dalam konteks ini, introspeksi menjadi hal yang penting. Islam mengajarkan kita untuk selalu melakukan muhasabah (introspeksi diri), mengoreksi kekurangan kita, dan memperbaiki diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan begitu, kita akan lebih siap untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa terbawa emosi negatif atau prasangka.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan kita untuk mengendalikan diri dan berbicara dengan penuh kebijaksanaan, terlebih ketika kita berada dalam keadaan emosi yang kurang stabil. Dengan memahami diri, kita lebih mampu untuk menjaga ucapan dan tindakan kita, yang berdampak positif dalam hubungan sosial.
3. Menjaga Akal (Hifz al-Aql): Kecerdasan dan Pengetahuan
Akal adalah anugerah dari Allah yang memungkinkan manusia untuk berpikir, merenung, dan mengambil keputusan dengan bijak. Maqashid syariah mengajarkan kita untuk menjaga akal agar selalu berada dalam kondisi terbaiknya. Mengembangkan kecerdasan intelektual dan wawasan merupakan bagian dari mengenali dan memahami diri kita.