Dengan menggunakan akal secara baik, seseorang akan mampu membedakan antara jalan yang membawa kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Dalam kehidupan yang penuh dengan berbagai pilihan, akal yang sehat menjadi penuntun agar umat Islam tidak terjebak dalam kesenangan dunia yang bersifat sementara, tetapi tetap berfokus pada tujuan akhirat.
Islam juga menganjurkan untuk tidak hanya menuntut ilmu agama, tetapi juga ilmu duniawi yang bermanfaat, karena ilmu adalah jalan untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan. Teknologi dan ilmu pengetahuan yang diperoleh harus digunakan untuk kepentingan umat manusia dan tidak disalahgunakan untuk tujuan yang merusak. Keseimbangan dunia dan akhirat dapat tercapai dengan menggunakan akal untuk mengejar ilmu yang bermanfaat dan bermanfaatkan ilmu tersebut dalam kehidupan dunia dengan tujuan akhirat yang baik.
5. Melindungi Keturunan (Hifz an-Nasl): Membentuk Keluarga yang Sejahtera dan Tangguh
Islam mengajarkan untuk menjaga keturunan dan keluarga, karena keluarga adalah unit dasar dalam masyarakat. Keseimbangan dunia dan akhirat tercapai ketika seseorang membentuk keluarga yang sejahtera, harmonis, dan penuh berkah. Pendidikan agama yang baik dan perhatian terhadap nilai-nilai Islam dalam keluarga adalah kunci utama untuk menjaga keturunan.
"Dan orang-orang yang berkata: 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.'"c(QS. Al-Furqan: 74)
Membentuk keluarga yang baik bukan hanya untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk membentuk generasi yang saleh dan taat kepada Allah. Dalam konteks ini, dunia dan akhirat dapat seimbang ketika seseorang memperhatikan tanggung jawabnya sebagai orang tua, dengan mendidik anak-anaknya agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan memiliki ketakwaan yang tinggi.
6. Melindungi Harta (Hifz al-Mal): Mengelola Kekayaan dengan Bijaksana
Keseimbangan dunia dan akhirat juga mencakup pengelolaan harta. Harta adalah anugerah dari Allah yang harus digunakan dengan bijaksana untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu orang lain. Islam mengajarkan umatnya untuk tidak terjebak dalam kecintaan berlebihan terhadap harta, karena itu bisa menjauhkan seseorang dari Allah.
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari duniawi." (QS. Al-Qasas: 77)
Pengelolaan harta yang seimbang melibatkan kewajiban untuk menunaikan zakat, berinfak, dan menghindari sifat kikir atau rakus. Dengan menggunakan harta untuk kebaikan dan tujuan yang benar, seseorang dapat mencapai keseimbangan antara dunia dan akhirat.
7. Kesimpulan: Mencapai Keseimbangan Dunia dan Akhirat melalui Maqashid Syariah