Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

Pendidikan itu Membebaskan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melawan Arus Kehidupan yang Semakin Permisif

10 Januari 2025   07:55 Diperbarui: 10 Januari 2025   07:55 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah arus kehidupan modern yang kian permisif, pentingnya mempertahankan integritas tidak pernah seutuhnya pudar. Saat ini, kita dapat dengan mudah melihat bagaimana berbagai penyimpangan moral dan etika seperti korupsi, kolusi, pungutan liar (pungli), dan nepotisme sudah dianggap sebagai hal biasa. Dalam banyak kasus, fenomena ini tidak dipandang sebagai kejahatan serius yang harus diatasi, melainkan sebagai "realitas dunia nyata" yang harus diterima. Mereka dengan bangga berkata, "selamat datang di dunia nyata!". Ironisnya, kejujuran yang seharusnya menjadi landasan moral sering kali dianggap sebagai idealisme utopis yang hanya layak untuk dipidatokan, tetapi sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menciptakan lingkaran setan yang menjerat banyak individu di lingkungan kerja, pemerintahan, maupun masyarakat luas.

Ketika kita melihat lebih dekat, kita akan menemukan bahwa banyak individu yang enggan bersikap berbeda atau mempertahankan integritas. Alasannya jelas: ketakutan akan kehilangan jaringan, jabatan, atau posisi. "Saya gak mau ribut", begitu katanya yang mencoba berlindung di balik perkataan seorang moralis.

Dalam dunia yang serba kompetitif ini, mereka yang berani jujur dan terbuka dalam menyampaikan kritik sering kali mendapat peringatan keras bahwa tindakan tersebut sama saja dengan "bunuh diri karier." Risiko yang mengintai seperti dicopot dari jabatan, digeser posisinya, atau bahkan dipecat menjadi ancaman nyata bagi siapa saja yang mencoba melawan arus. Ini adalah realitas yang pahit, tetapi sayangnya, banyak yang terpaksa memilih untuk diam dan mengikuti arus demi menjaga keberlangsungan hidup dan karier mereka. Ali bin Abi Thalib berkata, "Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi karena diamnya orang-orang baik."

Lingkaran setan ini tidak hanya berhubungan dengan individu, tetapi juga mengikat hubungan antara bawahan dan atasan, pegawai dan pimpinan, atau karyawan dan majikan. Dalam kondisi seperti ini, integritas sering kali tergerus, dan nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi pegangan hidup justru diabaikan. Di sinilah pentingnya kita menyadari bahwa integritas bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi merupakan sebuah tindakan yang harus dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi umat beragama yang taat, integritas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari iman dan akhlak mulia. Sayangnya, nilai-nilai ini perlu terus dikuatkan implementasinya agar tidak sekadar menjadi prinsip yang diabaikan dalam praktik.

Lembaga dan sistem yang ada saat ini seharusnya mampu menangkal arus negatif yang ada. Untuk itu, diperlukan langkah konkret berupa pelembagaan nilai-nilai baik agar pelaksanaannya lebih sistematis. Program-program yang mendorong kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas harus diperkuat melalui berbagai regulasi dan kebijakan. Namun, jangan sampai kita terjebak pada formalitas belaka. Membuat dokumen atau pernak-pernik fisik sebagai bukti formal atas praktik integritas hanya akan mengaburkan esensi nilai-nilai tersebut jika substansinya tidak dihayati. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil benar-benar mencerminkan nilai-nilai yang ingin kita jaga.

Integritas harus dipandang sebagai fondasi bagi keberlanjutan masyarakat yang berkeadilan dan bermartabat. Ketika kita berbicara tentang masyarakat yang berkeadilan, kita tidak bisa mengabaikan pentingnya kejujuran dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari sektor pemerintahan hingga kehidupan sehari-hari. Keberanian untuk berkata benar, berbuat jujur, dan menolak penyimpangan harus terus digaungkan, meskipun dalam kondisi penuh tekanan. Seperti yang diungkapkan oleh seorang ahli etika, "Integritas adalah melakukan hal yang benar bahkan ketika tidak ada yang melihat." Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa tindakan kita harus didasarkan pada nilai-nilai yang kita yakini, bukan hanya pada apa yang terlihat oleh orang lain.

Namun, tantangan dalam implementasi integritas tidaklah sedikit. Untuk mewujudkannya, diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Keluarga, lembaga pendidikan, tempat kerja, hingga pemerintah memiliki peran penting dalam membangun budaya integritas. Pendidikan moral sejak dini menjadi langkah strategis untuk membangun generasi yang tidak hanya memahami pentingnya integritas tetapi juga berani mengaplikasikannya. Misalnya, sekolah-sekolah dapat memasukkan pelajaran tentang etika dan integritas dalam kurikulum mereka agar siswa dapat belajar tentang nilai-nilai ini sejak usia dini. Lebih penting daripada itu, adalah mempraktikkan integritas itu dalam kehidupan riil siswa di sekolah seperti tidak menyontek saat ulangan dan berani menghadapi resiko tidak naik kelas akibat perbuatannya yang tidak berintegrita atau tidak jujur.

Di sisi lain, regulasi yang mendukung whistleblowers, yaitu mereka yang berani melaporkan penyimpangan, harus diperkuat agar mereka merasa terlindungi. Dengan memberikan perlindungan hukum bagi whistleblowers, kita menciptakan lingkungan di mana orang-orang merasa aman untuk berbicara dan melaporkan tindakan yang tidak etis tanpa takut akan balasan. Dalam banyak kasus, keberanian individu ini bisa menjadi titik awal untuk membawa perubahan positif di masyarakat.

Di tengah perjuangan ini, kita juga harus menyadari bahwa memupuk integritas tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Proses ini memerlukan komitmen dan konsistensi dari semua pihak. Kita perlu menjadi teladan bagi orang lain dan menunjukkan bahwa menjaga integritas adalah sesuatu yang mungkin dilakukan, bahkan dalam keadaan yang paling sulit sekalipun. Ketika individu-individu di sekitar kita melihat contoh nyata dari integritas, mereka akan lebih termotivasi untuk mengikutinya.

Masyarakat yang memiliki integritas yang tinggi akan melahirkan generasi yang lebih baik dan lebih berdaya. Generasi yang tidak hanya mampu menghadapi tantangan zaman, tetapi juga memiliki keberanian untuk berdiri di atas prinsip-prinsip moral yang kuat. Selain itu, masyarakat yang berintegritas akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua anggotanya. Ini adalah tujuan akhir yang seharusnya kita perjuangkan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun