Mohon tunggu...
Ali Mustahib Elyas
Ali Mustahib Elyas Mohon Tunggu... Guru - Bacalah atas nama Tuhanmu

Pendidikan itu Membebaskan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Debat tentang Kata "Pacar" di Buku Siswa

31 Agustus 2024   14:28 Diperbarui: 1 September 2024   09:11 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perdebatan ini mencerminkan dilema yang lebih luas dalam sistem pendidikan kita: apakah diskusi berbasis ilmu pengetahuan dan rasionalitas dapat berjalan tanpa terpengaruh oleh emosi dan kekhawatiran sosial.

Dalam kasus ini, meskipun argumen rasional untuk mempertahankan kata "pacar" didukung oleh logika pendidikan, kekhawatiran emosional dan potensi penolakan dari pihak otoritas akhirnya menjadi faktor penentu dalam keputusan akhir. Kata "pacar" dihapus dari judul modul, mengutamakan persepsi keamanan sosial daripada ketegasan konsep.

Fenomena ini mengundang pertanyaan kritis tentang bagaimana kita memandang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Apakah peran pendidikan semata-mata untuk melindungi dari potensi dampak negatif, atau seharusnya pendidikan justru berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan dan membedakan antara yang benar dan yang salah, yang pantas dan yang tidak?

Dalam sejarah pemikiran Islam, kita melihat tokoh seperti Al-Ghazali yang mengkritik filsafat dalam bukunya "Tahafut Al-Falasifah," tetapi ia melakukannya setelah mempelajari filsafat secara mendalam. Pendekatan Al-Ghazali ini menegaskan pentingnya memahami sebelum mengkritik atau menolak, suatu prinsip yang sering kali diabaikan dalam keputusan berbasis kekhawatiran.

Diskriminasi Teks dan Pengaruhnya terhadap Ilmu Pengetahuan

Kasus ini juga menunjukkan adanya diskriminasi teks dalam proses pendidikan, di mana kata atau konsep tertentu dicurigai hanya karena potensinya menimbulkan interpretasi negatif. Misalnya, jika kata "pacar" diganti dengan "teman Istimewa", dalam konteks ini juga sama-sama mengandung potensi salah interpretasi.

Kata "teman istimewa" justru dapat dipahami sebagai hal yang positif karena dibalut kata "Istimewa". Padahal ini semula dimaksudkan untuk mengganti kata "pacar" yang dianggap negatif.

Diskriminasi ini, jika tidak diatasi, dapat mengaburkan makna suatu kata dan bahkan merusak tujuan pendidikan yang sebenarnya, yaitu membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir kritis.

Dalam konteks sosial yang lebih luas, pemilihan untuk menghindari teks tertentu dapat menyebabkan kekosongan pemahaman dan ketidakmampuan untuk menghadapi realitas yang kompleks.

Seperti yang dikatakan Prof. Siti Maryam, seorang pakar sosiologi pendidikan, "Kita tidak bisa terus-menerus menghindari topik-topik yang dianggap sensitif. Justru dengan membahasnya secara terbuka dan kritis, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan hidup yang sesungguhnya."

Pada akhirnya, diskusi berbasis rasio dan emosi ini mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan dalam pengambilan keputusan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun