Pada masa kejayaan Islam, ilmu pengetahuan berkembang pesat di berbagai bidang. Salah satu contohnya adalah debat intelektual yang terjadi antara dua ilmuwan besar, Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd. Al-Ghazali, seorang filsuf dan teolog terkemuka, mengkritik filsafat Yunani melalui karyanya yang terkenal, "Tahafut Al-Falasifah" (Kerancuan Filsafat). Dalam buku tersebut, Al-Ghazali mengevaluasi dan mengkritik pandangan-pandangan filsuf Yunani yang dianggapnya bertentangan dengan ajaran Islam.
Namun, karya Al-Ghazali tidak dibiarkan tanpa tanggapan. Ibnu Rusyd, seorang filsuf dan dokter Andalusia, merasa perlu mengkritik balik pandangan Al-Ghazali. Ia menulis "Tahafut Attahafut" (Kerancuan Buku Tahafut Al-Falasifah) sebagai tanggapan. Dalam karyanya, Ibnu Rusyd berusaha menunjukkan kelemahan-kelemahan argumen Al-Ghazali dan membela filsafat Yunani.
Debat intelektual ini menunjukkan bagaimana ilmuwan pada masa itu saling mengapresiasi dengan cara yang elegan dan saling melengkapi demi perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka tidak terjebak dalam persaingan ego atau status, melainkan fokus pada pengembangan pemikiran dan pengetahuan. Hal ini mencerminkan suasana keilmuan yang subur dan produktif pada masa kejayaan Islam.
Kita rindu suasana itu, di mana dunia pendidikan fokus pada usaha-usaha pengembangan ilmu sesuai kecenderungan dan kecerdasan masing-masing individu. Dengan harapan kelak akan lahir para ilmuwan hebat di bidangnya masing-masing, seperti Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.Â
Untuk itu, dunia pendidikan harus tetap menjaga fokusnya pada pengembangan ilmu pengetahuan. Terlalu sering kita melihat pendidikan teralihkan oleh hal-hal yang tidak terkait langsung dengan tujuan utama pengembangan ilmu.
Kita harus belajar dari sejarah dan menghargai warisan intelektual yang telah ditinggalkan oleh para ilmuwan terdahulu. Membangun suasana akademik yang kondusif, mendukung debat intelektual yang konstruktif, dan mengapresiasi upaya pengembangan ilmu pengetahuan adalah kunci untuk mencapai kembali era keemasan ilmu pengetahuan.Â
Kini perlu dikuatkan kembali komitmen di lingkungan dunia pendidikan demi mendorong lahirnya pemikir-pemikir kritis yang mampu berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.
Jakarta, 3 Juli 2014